Sabtu 27 Jul 2024 06:51 WIB

Bantah Netanyahu, Puluhan Nakes AS Sebut Korban Jiwa Gaza 90 Ribu Syuhada

Netanyahu melakukan kebohongan mengeklaim korban sipil agresinya di Gaza minimal.

Warga Palestina berkumpul di dekat jenazah kerabat mereka yang syahid dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, di kamar mayat rumah sakit di Deir al-Balah, Selasa, 16 Juli 2024.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina berkumpul di dekat jenazah kerabat mereka yang syahid dalam pemboman Israel di Jalur Gaza, di kamar mayat rumah sakit di Deir al-Balah, Selasa, 16 Juli 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Sekitar 45 dokter dan perawat yang menjadi sukarelawan di Gaza telah menulis surat yang ditujukan kepada pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden AS Joe Biden. Surat yang dilayangkan pada Kamis itu menyatakan bahwa Israel merenggut nyawa lebih dari 90.000 warga Palestina selama genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.

Israel juga dilaporkan melakukan kejahatan perang dan kejahatan penjajahan yang melanggar hukum humaniter internasional.  Empat puluh lima relawan kesehatan tersebut termasuk ahli bedah, dokter ruang gawat darurat, dan perawat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga bantuan lainnya yang baru-baru ini bekerja di rumah sakit di Jalur Gaza.

Baca Juga

“Kemungkinan besar jumlah korban jiwa akibat konflik ini sudah lebih dari 92.000 orang, atau setara dengan 4,2 persen dari populasi Gaza,” tulis para petugas medis  dilansir the Guardian, kemarin. Mereka mengklaim bahwa jumlah korban jiwa sebenarnya jauh lebih tinggi daripada angka yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Palestina, yang menunjukkan lebih dari 39.000 orang telah syahid. 

Angka yang dilansir pihak Palestina tersebut adalah kematian yang terdokumentasi secara terperinci seturut nomor kependudukan. Mereka mengakui masih banyak yang belum teridentifikasi serta tertimbun di reruntuhan.

Perkiraan para tenaga medis itu juga menyangkal klaim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di hadapan Kongres AS pada 25 Juli lalu, bahwa tak ada korban sipil di Gaza. Sejauh ini, militer Israel mengeklaim telah menewaskan 14 ribu pejuang Palestina tanpa menyertakan bukti-bukti pendukung yang kuat. Namun dengan jumlah itu itupun, merujuk catatan Kementerian KEsehatan Palestina, lebih dari separuh yang syahid adalah warga sipil. Sementara merujuk perkiraan para tenaga medis, sekitar 78 ribu warga sipil syahid di Gaza jika dikurangi klaim Israel soal pejuang yang terbunuh.

“Presiden Biden dan Wakil Presiden Harris, solusi apapun terhadap masalah ini harus dimulai dengan gencatan senjata segera dan permanen,” kata surat setebal delapan halaman itu. Mereka juga menuntut Amerika Serikat memberlakukan embargo senjata terhadap rezim pendudukan, serta menarik hubungan diplomatiknya, dukungan ekonomi, dan militer sampai gencatan senjata diterapkan.

“Kemungkinan besar jumlah korban jiwa akibat konflik ini sudah lebih dari 92.000 orang, atau setara dengan 4,2 persen dari populasi Gaza,” tulis para petugas medis. Mereka mengklaim bahwa jumlah korban jiwa sebenarnya jauh lebih tinggi daripada angka yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Palestina, yang menunjukkan lebih dari 39.000 orang telah syahid. 

“Dengan sedikit pengecualian, semua orang di Gaza sakit, terluka, atau keduanya,” kata petugas medis, mengacu pada pekerja bantuan nasional, relawan internasional, dan warga sipil.

Mereka juga bersaksi bahwa penembak jitu Israel dengan sengaja menargetkan warga sipil, kata para relawan kesehatan kepada the Guardian, menekankan dalam surat mereka bahwa mayoritas warga Palestina adalah perempuan dan anak-anak. 

“Kami tidak bisa melupakan adegan kekejaman tak tertahankan yang ditujukan terhadap perempuan dan anak-anak yang kita saksikan sendiri,” tambah mereka dalam surat tersebut.

Pelanggaran hukum humaniter internasional yang dilakukan Israel juga digambarkan dalam surat tersebut. Mereka  memperingatkan bahwa “epidemi sedang berkecamuk di Gaza” karena terus-menerus mengungsinya warga sipil yang kekurangan gizi dan sakit, serta kekurangan air bersih dan sanitasi. 

Para penandatangan layanan kesehatan menggambarkan rekan-rekan Palestina mereka sebagai “orang yang paling mengalami trauma di Gaza, dan mungkin di seluruh dunia,” karena komitmen mereka untuk terus bekerja meski kehilangan anggota keluarga dan rumah, seraya menyoroti bahwa mereka sering bekerja berjam-jam tanpa bayaran dan kekurangan gizi.

photo
Hari ke-250 Genosida - (Republika)

“Israel telah menargetkan rekan-rekan kami di Gaza untuk dibunuh, dihilangkan, dan disiksa,” kata mereka. “Tindakan tidak masuk akal ini sepenuhnya bertentangan dengan hukum Amerika, nilai-nilai Amerika, dan hukum kemanusiaan internasional.” Israel juga disebut secara langsung menargetkan dan dengan sengaja menghancurkan seluruh sistem layanan kesehatan di Gaza.

Ahli bedah trauma dan perawatan kritis Feroze Sidhwa mengatakan dia "belum pernah melihat cedera yang begitu mengerikan, dalam skala besar, dan dengan sumber daya yang sangat sedikit." Praktisi medis yang bekerja di bangsal bersalin menggambarkan kejadian lahir mati dan kematian ibu yang biasa terjadi, yang sebenarnya bisa dicegah dalam keadaan normal. 

Seorang praktisi perawat anak menceritakan pengalaman sehari-harinya menyaksikan bayi-bayi sehat meninggal karena kelaparan akibat ketidakmampuan ibu mereka untuk menyusui karena kekurangan gizi, dan kurangnya susu formula dan air bersih.

“Kami berharap Anda dapat mendengar tangisan dan jeritan hati nurani kami yang tidak akan kami lupakan. Kami tidak percaya bahwa ada orang yang akan terus mempersenjatai negara yang dengan sengaja membunuh anak-anak ini setelah melihat apa yang telah kami lihat,” kata surat itu.

desakan Kamala Harris... baca halaman selanjutnya

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement