SumatraLink.id – Kehidupan manusia sebagai hamba Allah Subhanahuwata’ala (SWT) sebagai makhluk yang lemah tak lepas dari kekhilafan. Menjalani usia dari hari ke hari hingga tahun ke tahun, manusia sudah sunnatullah selalu dihadapkan pada masalah, cobaan, tantangan, dan musuh.
Musuh manusia ada yang tampak dan juga tidak tampak (ghaib). Musuh yang tampak atau nyata masih dapat dikendalikan oleh diri seseorang. Akan tetapi, yang terberat ketika berhadapan dengan musuh tidak tampak yakni setan, maka perlu bantuan Allah SWT yang menciptakan makhluk.
Umat Muslim mulai dari anak kecil apalagi orang dewasa hafal kalimat Ta’awudz yakni A’udzubillâhiminasy-syaithânirrajîm. Namun, belum banyak orang yang tahu arti, makna, dan manfaatnya. Kalimat Ta’awudz ini mengandung makna yang dalam dalam kehidupan umat Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wassalam (SAW).
Dalam riwayat Al-Bukhori dari Sulaiman bin Shurad Rodhiyallahuanhu, ia berkata, “Ada dua orang yang saling mencela di hadapan Rasulullah SAW, sedang kami duduk di hadapan beliau SAW. Salah seorang dari keduanya mencela lainnya dalam keadaan marah dengan wajah yang merah padam.
Baca juga: Bila Iman Menurun, Apa Terapinya?
Maka Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, aku mengetahui suatu kalimat yang jika ia mengucapkannya, niscaya akan hilang semua yang dirasakannya.” Ucapan itu, A’udzubillâhiminasy-syaithânirrajîm, yang artinya, aku berlindunga kepada Allah dari setan yang terkutuk.
Banyak yang menyepelekan atau meremehkan kalimat Ta’awudz ini dalam aktivitas di dunia. Bukankah musuh terdepan manusia itu setan, makhluk tidak tampak. Setan dapat melihat kita, sedangkan kita tidak dapat melihat setan. Kalimat pendek ini mengandung arti dan makna yang dalam agar kita selamat menjalani kehidupan ini agar terjauh dari gangguan setan.
Ketika dibacakan kalimat Ta’awudz di awal atau bila lupa menjalani aktivitas di pertengahan, maka setidaknya Allah SWT memberikan perlindungan dalam gangguan setan. Kalimat ini dapat membuat setan yang menggoda atau menguasai diri kita akan lari terbirit-birit bila dibacakan kalimat tersebut, sehingga manusia terbebas dari tipu daya makar setan, dan akan tenang menjalani kehidupannya.
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, kalimat Ta’awudz ini disebut Isti’adzah, yang berarti memohon perlindungan kepada Allah SWT dari kejahatan setiap yang jahat.
Kalimat A’udzubillâhiminasy-syaithânirrajîm ini bermakna aku memohon perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk agar itu tidak membahayakan diriku dalam urusan agama dan duniaku, atau menghalangiku untuk mengerjakan apa yang telah Dia perintahkan dan menyuruhku mengerjakan apa yang Dia larang, karena tidak ada yang mampu mencegah godaan setan kecuali Allah SWT.
Kalimat Ta’awudz manfaatnya untuk menyucikan mulut dari kata-kata tidak bermanfaat dan buruk. Diperintahkan kalimat Ta’awudz ini dibaca sebelum membaca firman Allah SWT atau dalam shalat. Hal ini agar ia memohon pertologan dan perlindungan Allah SWT dan sekaligus pengakuan diri seseorang atas kekuasaan-Nya, kelemahan dan ketidakberdayaan hamba dalam melawan musuh yang sesungguhnya yakni setan. Tidak ada yang mampu menolak dan mengusir setan kecuali Allah SWT yang telah menciptakannya.
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Rabbmu sebagai penjaga,” (QS. Al-Israa’: 65).
Baca juga: Dua Nikmat yang Manusia Lalai, Apa Itu?
Mengenai musuh manusia ini, Allah SWT berfirman, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yakni setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)...,” (QS. Al-An’aam: 112).
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Wahai Abu Dzar, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan-setan jenis manusia dan jin,” lalu Abu Dzar bertanya, “Apakah ada setan dari jenis manusia?” Nabi menjawab, “Ya,” (Kitab Musnad Imam Ahmad bin Hambal). Wallahua’lam bishawab. (Mursalin Yasland)