Kamis 08 Aug 2024 10:22 WIB

Perubahan Iklim Membuat Badai Kian Mengerikan

Saat ini bumi sudah lebih panas 1,1 derajat Celsius dibanding masa pra-industri.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Warga menerobos banjir akibat hujan lebat yang disebabkan Topan Gaemi, di Kota Marikina, Metro Manila, Filipina, Rabu (24/7/2024).
Foto: REUTERS/Lisa Marie David
Warga menerobos banjir akibat hujan lebat yang disebabkan Topan Gaemi, di Kota Marikina, Metro Manila, Filipina, Rabu (24/7/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badai menerjang sejumlah negara di berbagai belahan dunia dalam beberapa bulan terakhir. Di Asia, badai Gaemi melanda Filipina, Taiwan, hingga Cina. Sedangkan Amerika Serikat diterjang badai Debby.

Ilmuwan mengungkapkan bahwa perubahan iklim membuat badai badai semakin basah, berangin, dan lebih kuat. Selain itu, terdapat bukti perubahan iklim membuat perjalanan badai lebih lambat. Artinya, badai akan menjatuhkan lebih banyak hujan di satu tempat.

Baca Juga

Jika bukan karena adanya keberadaan laut, suhu bumi bisa jauh lebih panas karena perubahan iklim. Akan tetapi, dalam 40 tahun terakhir, laut sudah menyerap sekitar 90 persen panas yang disebabkan emisi gas rumah kaca yang terjebak di atmosfer. Sebagian besar panas laut tertahan di dekat permukaan. Panas tambahan ini meningkatkan intensitas badai dan memperkuat hembusan angin.

Perubahan iklim juga dapat menambah curah hujan yang dijatuhkan badai. Sebab, atmosfer yang hangat juga dapat menahan lebih banyak uap air sampai pecah menjadi awan, sehingga menurunkan lebih banyak hujan.