Jumat 30 Aug 2024 08:47 WIB

ITF Sunter Bisa Untungkan Pemprov Rp 800 M per Tahun

Pemprov menilai operasional ITF Sunter menghabiskan biaya terlalu besar.

Red: Indira Rezkisari
Petugas dengan alat berat mengambil sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (1/5/2020).
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Petugas dengan alat berat mengambil sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (1/5/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya Pemprov DKI Jakarta melakukan kajian pembangunan Pulau Sampah masih mengambang. Keinginan tersebut belum mendapat respons dari DPRD DKI Jakarta.

Pengamat energi Ali Ahmudi Achyak menyarankan Pemprov DKI lebih baik fokus meneruskan proses pembangunan fasilitas Pengolahan sampah dengan konsep WTE (waste to energy) di Sunter, Jakarta Utara. Fasilitas yang didukung teknologi ramah lingkungan Intermediate Treatment Facility (ITF) itu dinilai akan lebih menguntungkan Pemprov.

Baca Juga

Ali yang juga Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies (CESS), menilai mengaktifkan ITF Sunter lebih menguntungkan dari sisi keuangan. Setidaknya daripada terus mempertahankan kerjasama dengan Kota Bekasi untuk pembuangan dan pengolahan sampah di Bantargebang, Kota Bekasi. “Uang yang dihabiskan untuk menjalankan kerjasama itu jumlahnya sangat besar,” kata Ali, dalam keterangannya, Jumat (30/8/2024).

Ali mengutip data penelitian dari berbagai sumber, jika Pemprov tetap melaksanakan Kerjasama pembuangan sampah di Bantar Gebang ada biaya setidaknya Rp 500 miliar per tahun yang harus dikeluarkan. Selain itu biaya pengangkutan sampah dan operasionalnya Rp 2,9 triliun per tahun. Sehingga total biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 3,4 triliun per tahun.