REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK — Kandungan Alquran pada surat Az Zukhruf ayat 35 ini menunjukkan Maha Rahman Allah kepada seluruh umat manusia, tidak terkecuali orang-orang kafir. Sehingga mereka pun diberikan nikmat dunia berupa emas-emas yang bergelimang, karena kaum musyrikin dan orang -orang tersesat ini sangat mengandalkan kekayaan materi mereka, sedangkan orang-orang beriman memiliki Allah,Tuhan yang selalu bersama mereka.
Melalui surat Az Zukhruf ayat 35 ini, Allah mengingatkan bahwa kesenangan duniawi itu hanya bersifat fana atau sementara, sedangkan kenikmatan hidup di akhirat adalah kekal dan hanya untuk orang-orang yang bertakwa.
Allah berfirman:
وَزُخْرُفًا ۚ وَإِنْ كُلُّ ذَٰلِكَ لَمَّا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَالْآخِرَةُ عِنْدَ رَبِّكَ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan dari emas. Semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan hidup dunia, sedangkan (kenikmatan hidup) akhirat di sisi Tuhanmu (dikhususkan) bagi orang-orang bertakwa.” (QS Az Zukhruf ayat 35).
Tafsir Jalalain: (Dan Kami buatkan pula perhiasan-perhiasan) dari emas untuk mereka. Makna ayat ini, seandainya tidak karena khawatir orang mukmin akan menjadi kafir, apabila Allah anugerahkan kepadanya hal-hal tersebut, sebagaimana yang telah Allah berikan kepada orang kafir, tentulah Allah akan memberikan kepada orang mukmin hal-hal itu. Karena keduniaan itu tidak ada artinya di sisi Allah, dan kelak di akhirat tidak berharga sama sekali bila dibandingkan dengan nikmat surga.
Tafsir Ibnu Katsir: “dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” Yakni kehidupan akhirat itu khusus bagi mereka yang bertakwa, tidak seorang pun dari kalangan selain mereka yang dapat menikmatinya bersama mereka.
Karena itulah ketika pada suatu hari Umar berkata kepada Rasulullah Saw. di saat beliau meng-I’la istri-istrinya, dan Umar menjumpainya, maka Umar melihat beliau sedang bersandar dengan beralaskan sebuah tikar yang digelarkan di pasir sehingga tikar itu membekas pada lambungnya. Maka berlinanglah air mata Umar menyaksikan pemandangan itu, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, Kisra dan Kaisar dengan kemewahan hidup yang dialaminya, sedangkan engkau makhluk pilihan Allah keadaannya seperti ini." Saat itu Rasulullah sedang bersandar, lalu bangkit dan duduk, kemudian bersabda,
"أوَ في شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ " ثُمَّ قَالَ: "أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي حَيَاتِهِمُ الدُّنْيَا" وَفِي رِوَايَةٍ: "أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا الْآخِرَةُ؟ "
"Apakah engkau sedang dalam keraguan, hai Ibnul Khattab?" Kemudian Rasulullah Saw. melanjutkan sabdanya: Mereka adalah suatu kaum yang kebaikan mereka disegerakan untuk mereka dalam kehidupan dunia mereka. Dalam riwayat yang lain disebutkan pula bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Tidakkah engkau rela bila bagi mereka dunia, sedangkan bagi kita akhirat? “
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:
"لَا تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَلَا تَأْكُلُوا فِي صِحَافِهَا، فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا وَلَنَا فِي الْآخِرَةِ"
“Janganlah kalian minum dengan memakai wadah emas dan perak, dan jangan pula kalian makan dengan memakai piring emas dan perak. Karena sesungguhnya hal itu bagi mereka (orang-orang kafir) di dunia ini, dan bagi kita kelak di akhirat.”
Tafsir Kementerian Agama RI: Begitu juga pintu-pintu rumah orang-orang kafir, dan tempat tidur yang mereka tiduri akan dibuat dari perak. Semua itu adalah perhiasan tempat manusia berbangga-bangga, semua itu hanya merupakan kesenangan kehidupan dunia yang sifatnya sementara, dan hanya dapat bertahan beberapa saat saja lalu hilang lenyap, sedangkan kehidupan akhirat yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan yang beraneka ragam dan tak terhitung banyaknya serta kekal abadi telah dipersiapkan untuk orang yang bertakwa kepada Allah, yang tidak menyekutukan-Nya, yang tidak berbuat maksiat dengan melanggar perintah-Nya, tetapi taat dan patuh melaksanakan perintah-Nya.
Firman Allah: “Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS Al-A’la ayat 16-17).