REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syaikh Wahab bin Munabbih RA bercerita:
"Ketika Sayyidina Abdullah bin Abbas RA telah lanjut usia dan
matanya buta, aku pernah membawanya ke Masjidil Haram. Setibanya di sana, terdengar suara orang bertengkar. la berkata kepadaku, 'Bawa aku ke sana.' Aku pun membawanya ke sana. la langsung memberi salam dan mereka mempersilakannya duduk, namun ia menolak. la berkata, 'Kalian tidak mengetahui bahwa hamba-hamba Allah yang istimewa
ialah mereka yang perasaan takutnya kepada Allah Subhaanahu wata'ala
membuatnya diam. Padahal ia tidak udzur atau bisu, bahkan ia fasih dan
pandai berbicara. Tetapi karena sibuk mengingat keagungan Allah, menjadikan pikirannya terhenti, hatinya remuk, dan lisannya
membisu. Jika perasaan takut mereka semakin mendalam, maka mereka
segera mengerjakan kebaikan. Kalian semua telah menyeleweng jauh dari mereka!"'
Syaikh Wahab bin Munabbih berkata, "Setelah
kejadian tersebut, aku tidak pernah lagi melihat dua orang kumpul-kumpul di Masjidil Haram."
Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandahlawi dalam kitab Fadhilah Amal mengatakan, karena kedalaman perasaan takut Sayyidina lbnu Abbas kepada Allah, ia sering menangis, sehingga tampak dua bekas aliran air mata di wajahnya. Dalam kisah di atas, Sayyidina
Abdullah bin Abbas telah memberikan suatu cara yang memudahkan beramal shalih, yaitu memikirkan kebesaran dan keagungan
Allah.
Dengan cara itu, kita akan mudah mengerjakan setiap kebaikan dan pasti penuh keikhlasan. "Apa sulitnya jika kita mencoba
meluangkan sebagian waktu kita dalam sehari semalam untuk memikirkan kebesaran dan keagungan Allah?" tulis Maulana Zakariyya.