Rabu 02 Oct 2024 13:54 WIB

Eskalasi Meningkat di Lebanon, Kemenlu RI: Evakuasi WNI Sedang Berlangsung

Konfrontasi antara kelompok Hizbullah dan Israel diketahui kian memanas.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Mas Alamil Huda
Orang-orang dengan menggunakan kendaraan terjebak kemacetan ketika hendak melarikan diri dari serangan usara Israel di jalan raya penghubung Kota Beirut, Lebanon, Selasa (24/9/2024).
Foto: AP Photo/Mohammed Zaatari
Orang-orang dengan menggunakan kendaraan terjebak kemacetan ketika hendak melarikan diri dari serangan usara Israel di jalan raya penghubung Kota Beirut, Lebanon, Selasa (24/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI mengungkapkan, saat ini proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Lebanon sedang berlangsung. Saat ini konfrontasi antara kelompok Hizbullah dan Israel diketahui kian memanas.

Juru Bicara Kemenlu RI Roy Soemirat mengatakan, Indonesia sangat mengkhawatirkan perkembangan terbaru yang saat ini terjadi di kawasan Timur Tengah. Indonesia mendesak seluruh pihak untuk dapat menahan diri.

Baca Juga

"Keselamatan WNI juga terus menjadi perhatian utama Pemerintah RI. Terkait hal ini, proses evakuasi WNI dari Lebanon juga sedang berlangsung," ungkap Roy dalam keterangan tertulisnya, Rabu (2/10/2024).

Dia menambahkan, seluruh kedutaan besar RI di kawasan Timur Tengah terus menjalin koordinasi. Mereka juga melakukan komunikasi dengan seluruh WNI di wilayahnya masing-masing. "Sebagaimana disampaikan oleh Sekjen PBB, Indonesia sangat khawatir bahwa potensi perang dengan skala yang lebih besar dapat terjadi," ucap Roy.

"Indonesia kembali tekankan pentingnya Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan pertemuan khusus guna membahas perkembangan terkini di Timur Tengah dan mengambil keputusan yang dapat segera menurunkan ketegangan di kawasan," tambah Roy.

Kelompok Hizbullah Lebanon mengatakan telah melancarkan serangan udara ke pangkalan intelijen militer Israel di Glilot, dekat Tel Aviv, Selasa (1/10/2024). Konfrontasi Hizbullah dengan Israel kian memanas sejak serangan udara Israel baru-baru ini membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

"Pasukan perlawanan meluncurkan salvo roket Fadi 4 ke pangkalan Glilot milik unit inteijen militer 8200 dan markas besar Mossad (badan intelijen Israel) yang terletak di pinggiran Tel Aviv," kata Hizbullah dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Arab News.

Hizbullah menyampaikan bahwa serangan roket itu merupakan respons atau balasan atas pembantaian dan penargetan warga sipil Lebanon oleh Israel. Serangan tersebut juga didedikasikan untuk Hassan Nasrallah.

Sementara itu Israel mengungkapkan, serangkaian serangan roket ke Tel Aviv dan wilayah Israel tengah menyebabkan setidaknya dua orang terluka. Israel menyebut tak ada korban jiwa akibat serangan tersebut.

Pada Selasa malam, Iran akhirnya turut meluncurkan serangan roket berskala besar ke Israel. Menurut laporan Jerusalem Post, sekitar 200 roket ditembakkan ke wilayah Israel. Garda Revolusi Iran mengatakan, serangan itu merupakan balasan atas terbunuhnya pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Garda Revolusi Iran menyatakan akan melancarkan serangan lebih besar jika Israel membalas serangannya. Kelompok Hizbullah dan Israel sudah terlibat konfrontasi secara sporadis di wilayah perbatasan Israel-Lebanon sejak pecahnya perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023. Hizbullah mendukung perlawanan yang dilakukan Hamas dan kelompok perlawanan Palestina lainnya di Gaza.

Pada 23 September 2024 lalu, Israel melancarkan serangan udara terbesarnya ke wilayah selatan Lebanon. Serangan tersebut membunuh lebih dari 500 orang, termasuk setidaknya 50 anak-anak. Sejak saat itu, Israel terus meluncurkan serangan udara ke Lebanon. Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah turut menjadi korban dan syahid.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement