Kamis 03 Oct 2024 14:17 WIB

Pidato Syafruddin: Badui Arab, SDM Unggul Bangsa Kita, dan Geopolitik yang Penuh Tantangan

Syafruddin mengimbau generasi muda untuk belajar cara survive orang-orang Badui Arab.

Ketua ASFA Foundation Komjen Pol (Pur) Syafruddin berpidato dalam acara seminar investasi SDM unggul di Jakarta pada Senin 30 September 2024.
Foto: Erdy Nasrul/Republika
Ketua ASFA Foundation Komjen Pol (Pur) Syafruddin berpidato dalam acara seminar investasi SDM unggul di Jakarta pada Senin 30 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu lalu Ketua ASFA Foundation Komjen Pol (Pur) Syafruddin mengunjungi pedalaman Arab Saudi. Di sana dia yang ditemani pegiat filantropi dan sejumlah jenderal purnawirawan bertatap muka dengan orang-orang Badui Arab.

Tidak seperti orang-orang pada umumnya, Badui Arab memenuhi kebutuhan dasar seadanya. Makan dan minum secara terbatas, tidak berlimpah, bahkan cenderung kurang. Setelah itu mereka melanjutkan aktivitas hidup di tengah area gurun yang dipanaskan terik mentari. Suhu tempat mereka tinggal sungguh panas, mulai dari 30 hingga 60 derajat celsius. Panas yang menusuk pori-pori kulit setiap orang yang ada di sana.

Baca Juga

Berikut ini adalah pidato Pak Syaf yang pernah menjabat Wakil Kapolri periode 2016-2018 dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara periode 2018-2019. Pidato ini disampaikan di hadapan sejumlah kepala lembaga pemerintaha, kelompok studi strategis, dan ratusan ulama pegiat pendidikan, dalam seminar investasi SDM unggul menuju Indonesia Emas 2045 di Hotel Borobudur Jakarta pada Senin (30 September 2024):

Bapak dan ibu sekalian, kalau berbicara SDM unggul, menurut saya, kita harus meniru Suku Badui (di Arab). Mereka adalah SDM yang sangat unggul. Karena mereka kuat, survive meski di tempat mereka tinggal itu gersang. tidak ada apa-apa di tengah gurun. Mereka minum mungkin hanya sekali dalam sehari, makan sekali dalam sehari. Dalam keadaan demikian, mereka survive luar biasa.

Namun bukan saya ingin menyatakan kita perlu mencontoh pola kehidupan mereka, tapi kita harus melihat gambaran pola kehidupannya agar kita dapat mengambil pelajaran dan hal bermanfaat.

Kami sehari penuh bercengkerama dengan suku Badui. Kita melihat bagaimana itu SDM yang paling mendasar, yaitu kemampuan bertahan hidup alias survive.

Peradaban manusia itu dimulai dari survive. Tidak ujuk ujuk Allah menciptakan Nabi Adam beserta keturunannya langsung disuguhi susu dan makanan. Survive dulu. Hakikat SDM ada di sana yang paling mendasar. Itu adalah perjuangan.

Dalam kesempatan ini, saya tidak berbicara panjang mengenai ASFA Foundation atau SDM unggul dan lain sebagainya. Nanti secara teknik para tokoh-tokoh yang bicarakan hal itu. Saya ingin memberikan motivasi kepada semuanya, khususnya generasi muda indonesia yang akan menghadapi tantangan yang sangat berat yang akan kita hadapi di masa yang akan datang.

photo
Ketua ASFA Foundation Komjen Pol (Pur) Syafruddin berjabat tangan dengan Deputi bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas Amich Alhumami bersama Kepala Bappenas Suharso Monoarfa. - (Erdy Nasrul/Republika)

Belum lagi tantangan di dalam yang harus dipersiapkan dengan matang untuk menuju Indonesia Emas 2045. Seratus tahun indonesia merdeka. Hanya tersisa dua dekade lagi dari sekarang. Ini adalah waktu yang sangat singkat. Kalau bahasa orde baru itu repelita (rencana pembangunan lima tahunan). Empat pelita lagi.

Dalam kesempatan ini saya perlu memotivasi terutama generasi muda. Di sini ada ulama, profesor, pegiat pendidikan. Rektor perguruan tinggi, madrasah, lembaga pendidikan,

Di indonesia terdapat 37 ribu pesantren. Jumlah santrinya ada 4,1 juta orang. TK berjumlah 93 ribu lebih. Yang dikelola swasta 94,6 persen. Yang dikelola negara hanya 6 persen. Sekolah dasar berjumlah 149 ribu. Madrasah 26 ribu. Yang dikelola swasta ada 94 persen. SD yang dikelola negara hanya 6 persen.

SMP yang dikelola swasta 92 persen. Hanya 8 persen yang dikelola negara. SMA yang dikelola swasta 91.75 persen. Hanya 8 persen yang dikelola negara. Sungguh banyak keterlibatan swasta dalam pendidikan di negeri ini.

Swasta itu ya di dalamnya madrasah, pesantren terutama, seperti Gontor, sekolah-sekolah unggulan, dan sebagainya. Ini merupakan tantangan sekaligus motivasi kita semua. Untuk membangun SDM unggul yang kelak menjadi energi dan pondasi bangsa yang berdaya saing, indonesia emas 2045.

Banyak kita temui, ini kebetulan saya sudah menjelajahi banyak negara dan pengalaman panjang berkhidmah di pemerintahan, di kepolisian 34 tahun. Kemudian menjabat menteri (Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) hampir dua tahun. Banyak negara yang memiliki sumber daya alam luar biasa kaya, tapi warganya miskin.

Tapi ada banyak negara yang sumber daya alamnya kurang, namun SDMnya unggul, sehingga negara berkembang dan menjadi kaya, seperti Jepang. Apa kekayaan SDA Jepang? Mungkin hanya kemaritiman. Begitu juga dengan Korea. Mereka adalah bangsa yang gigih, seperti orang Badui tadi.

Saya terobsesi dengan orang Badui, mungkin karena sering ke negara-negara Arab. Belum pernah kita lihat orang Badui itu meninggal dunia karena tidak makan. Namun di sisi lain, banyak terjadi busung lapar di Afrika dan Asia, yang mengakibatkan banyak orang mengalami gizi buruk, terserang penyakit, hingga akhirnya wafat.

Karena itu kita perlu belajar dari Badui, salah satu suku yang punya daya tahan hidup yang luar biasa. Masih ada suku-suku lain yang seperti itu, seperti Eskimo, Indian di Amerika, dan lainnya. Kita harus belajar kepada mereka bagaimana cara survive, mendapatkan ilmu, terampil, dan berkarakter.

Anak bangsa kita ke depan harus diajarkan bagaimana caranya untuk survive. Ini tantangan mendasar yang kita hadapi.

Tantangan kedua, yang perlu kita cermati saat ini. Dalam satu tahun terakhir, prof Noor Achmad mungkin sering berselisih ke timur tengah, yordan, mesir, bantu Gaza, Palestina, dan lainnya. Mereka adalah orang-orang yang saat ini sedang diuji oleh Allah.

Terkait dengan tantangan yang perlu kita cermati, sekaligus pemerintahan ke depan, saya menonton pidato Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Prabowo Subianto di Komisi I DPR. Yang menjadi perhatian dalam kesempatan itu adalah situasi geopolitik di Timur Tengah dan Rusia yang kini berperang melawan Ukraina.

Yang paling mencemaskan adalah di Timur Tengah. Kita ketahui peperangan melebar. Bukan lagi di satu kawasan, tapi 7 kawasan. Bayangkan kalau tidak bisa dihentikan dalam waktu tidak begitu lama, akan melebar ke kawasan lain, karena situasi geopolitik terjadi perang. Apalagi perang asimetris, akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Bukan hanya militer. Tapi juga politik, ideologi, dan ekonomi terutama.

Tadi disinggung Mas Rezza (staf ahli Burhanuddin Abdullah Harahap), kalau terjadi produsen pangan yang tak bisa melanjutkan produksi, maka akan ada kontraksi di seluruh dunia. Ini tantangan menuju 2045....terutama untuk mempersiapkan pemerintahan lima tahun mendatang. Juga seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya pemerintah dan negara, tapi seluruh rakyat Indonesia.

Kami dan beberapa komponen bersama dunia Islam, dunia pendidikan Islam, filantropi, di bawah payung Ketua Baznas Noor Achmad dan Badan wakaf, kita kolaborasi berkontribusi membangun SDM. Sekaligus mengentaskan kemiskinan.

Yang kami berikan beasiswa semuanya orang miskin, tak ada orang kaya. Yang tidak bisa sekolah, kita sekolahkan.

Kita andalkan potensi dalam dan luar negeri. Uni Emirat Arab, Qatar, dua bulan lalu kami tandatangani MOU dengan Mohammad bin Zayed University of Humanity ditopang badan wakaf Uni Emirat Arab secara penuh untuk mengoperasionalkan beasiswa untuk anak-anak Indonesia nantinya belajar agama dan sains untuk meraih gelar sarjana, magister, dan  doktoral. Juga nantinya untuk short course. Nanti akan ada support dari Kementerian Wakaf Uni Emirat Arab.

Insya Allah Ummul Qura Makkah akan juga bantu wakaf untuk anak-anak Indonesia belajar di sana. Yang sudah berjalan selama ini adalah wakaf Al Azhar. Anak-anak kita hampir 2000-an orang belajar di sana.

Kita berharap anak-anak kita nanti tumbuh menjadi kuat untuk survive seperti Badui. Kemudian berpengetahuan luas dan beriman yang tinggi seperti ulama dan pendiri bangsa kita.

Tanpa jiwa survive, Indonesia tidak akan merdeka. Begitu lama penjajahan terjadi: 3,5 abad, tambah 3,5 tahun. Kalau tidak bertahan saat itu, kita tidak akan seperti ini sekarang.

Kemerdekaan bukan hadiah, tapi perjuangan membebaskan diri, seperti perjuangan Musa melepaskan diri dari Firaun yang menjajah mereka selama 400 tahun. Pengikut Nabi Musa ketika itu mengalami kerja paksa, persis yang dialami pendahulu kita ketika dijajah orang-orang asing. 

Indonesia akan jadi negara yang bangkit dan besar. 280 juta penduduk kita sekarang yang menginginkan pendidikan empat puluh persen dari jumlah itu. Pemerintah kita dukung untuk tingkatkan pendapatan. Semua pihak, filantropi, pendidikan, di bawah satu payung pemerintahan kita. Semuanya sama-sama maju untuk membangun negeri ini, Indonesia tercinta.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement