Jumat 04 Oct 2024 18:20 WIB

Bukan Hanya Kendaraan, Ini Sumber-sumber tak Terduga yang Merusak Kualitas Udara

Kondisi meteorologi juga berperan besar dalam fluktuasi kualitas udara kota.

Rep: Lintar Satria/ Red: Indira Rezkisari
Deretan gedung bertingkat yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024). Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 15.53 WIB, Indeks Kualitas Udara (Air QualityA Index/AQI) di Jakarta berada pada angka 155 yang menempatkannya sebagai kota besar dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia di bawah Kinshasa, Kongo.
Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Deretan gedung bertingkat yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024). Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 15.53 WIB, Indeks Kualitas Udara (Air QualityA Index/AQI) di Jakarta berada pada angka 155 yang menempatkannya sebagai kota besar dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia di bawah Kinshasa, Kongo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sumber emisi yang merusak kualitas udara tidak hanya polusi dari kendaraan bermotor. Banyak sumber emisi lain yang dapat mempengaruhi kualitas udara.

Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB, Ana Turyanti, menjelaskan udara di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni sumber emisi dan kondisi meteorologi. Ia menyoroti kualitas udara tidak selalu sama di setiap tempat dan waktu, serta bisa berubah secara signifikan meski di lokasi yang sama.

Baca Juga

"Sumber emisi menjadi faktor penting dalam penurunan kualitas udara. Jika ada sumber emisi, maka potensi polusi udara meningkat," kata Ana dalam Biodiversity Warrior in Traning: Pemahaman Tentang Emisi Kendaraan Bermotor dan Upaya Pendugaannya, Serta Pengenalan Jenis Tanaman Penyerap Emisi, Jumat (4/10/2024).

Contoh utama dari sumber emisi yang sering ditemui di perkotaan termasuk kendaraan bermotor, industri, pembangunan infrastruktur, serta aktivitas pembakaran sampah. Bahkan, kegiatan sehari-hari seperti memasak menggunakan metode grill atau bakar juga salah satu penyumbang emisi pencemaran.

Selain faktor emisi, kondisi meteorologi juga berperan besar dalam fluktuasi kualitas udara. "Cuaca cerah atau hujan dapat mengubah konsentrasi pencemaran udara. Bahkan di lokasi yang sama, kualitas udara dapat berbeda pada waktu yang berbeda," lanjutnya.

Ana juga menyoroti dampak dari sumber-sumber alami, seperti erupsi gunung berapi dan percikan air laut yang mengandung garam, yang dapat meningkatkan kadar polutan di atmosfer. Selain itu, vegetasi juga berkontribusi dalam pelepasan zat-zat yang dapat menurunkan kualitas udara.

Lebih lanjut, Ana menjelaskan bahwa polutan terbagi menjadi dua jenis, yakni polutan primer dan sekunder. Polutan primer adalah zat yang langsung berbahaya saat dilepaskan dari sumber emisi, sedangkan polutan sekunder terbentuk di atmosfer, seperti ozon pada lapisan troposfer yang bersifat toksik bagi manusia.

Mengakhiri penjelasannya, Ana menekankan peningkatan populasi dan kebutuhan penduduk juga turut memperparah pencemaran udara. Aktivitas industri, transportasi, dan kebutuhan sandang pangan telah memicu peningkatan emisi yang berkontribusi pada masalah pencemaran udara global.

Dengan meningkatnya kesadaran mengenai sumber-sumber emisi ini, diharapkan dapat mendorong langkah-langkah mitigasi yang lebih efektif dalam menjaga kualitas udara, terutama di wilayah perkotaan yang padat aktivitas industri dan transportasi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement