REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki akan terus menyiarkan serangan Israel ke seluruh dunia karena Tel Aviv, yang didukung oleh media dan pemerintah Barat, secara sistematis menargetkan jurnalis untuk menyembunyikan kebenaran, kata Direktur Komunikasi Fahrettin Altun, Selasa (8/10).
"Kami akan terus mengungkap dan menentang kejahatan dan standar ganda jaringan global yang tetap bungkam sementara hampir 200 jurnalis terbunuh di Gaza," kata Altun.
"Sama seperti kami menjaga saluran komunikasi tetap terbuka di Gaza, kami akan melakukan hal yang sama di Tepi Barat ,Yerusalem dan Lebanon, dan kami akan terus melaporkan serangan Israel ke dunia," tambah Altun.
"Israel, dengan dukungan media dan pemerintah Barat, telah melakukan kampanye kekerasan sistematis terhadap jurnalis untuk menekan kebenaran," katanya dalam pidato di upacara penganugerahan Penghargaan Komunikator Masa Depan TRT ke-10.
"Sejak 7 Oktober, Israel telah membunuh hampir 200 jurnalis di Gaza, termasuk reporter Anadolu sendiri, Hasan Hamad, yang sengaja menjadi sasaran saat memotret serangan udara baru-baru ini," tambahnya.
Dia menekankan, sementara pasukan Israel terus dengan sengaja menargetkan jurnalis serta pekerja perawatan kesehatan, perempuan dan anak-anak, pemerintah Barat dan outlet medianya telah meningkatkan dukungan mereka terhadap tindakan Israel.
Altun juga merujuk pada protes Salman Al-Bashir, seorang koresponden Gaza untuk Palestine TV, yang memprotes pembunuhan tersebut dengan melepaskan rompi persnya saat siaran.
"Kebenaran tidak akan dikubur. Israel akan terus menghadapi kenyataan kejahatan perangnya," katanya.
Altun pun menegaskan kembali komitmen Turki untuk mengungkap ketidakadilan di Gaza dan sekitarnya, dia berkata: "Kami akan tetap membuka saluran komunikasi dan terus melaporkan serangan Israel ke dunia."
"Perjuangan kami untuk kebenaran dan keadilan akan terus berlanjut di kawasan ini sembari kami berupaya mewujudkan perdamaian dan stabilitas abadi, sebagaimana yang digariskan oleh Presiden kami, Recep Tayyip Erdogan," kata Altun.
Israel terus melancarkan serangan brutal di Gaza menyusul serangan kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Hampir 42 ribu orang telah tewas sejak saat itu, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan hampir 97.600 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.