REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada dasarnya, Alquran diturunkan dalam tiga fase. Pada tahap pertama, Allah menurunkan Alquran ke Lauh Mahfuzh. Kitab suci ini diturunkan ke sana secara keseluruhan. Dalilnya adalah surah al-Buruj ayat 21-22. Artinya, “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Alquran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.”
Imam al-Hafidz Badruddin al-Aini mengatakan, Lauh Mahfuzh di sisi Allah Ta’ala. Penyebutan itu tak berarti dalam perspektif tempat, melainkan isyarat kesempurnaan keberadaannya dibanding makhluk-makhluk lainnya.
Jumhur ulama biasa mengartikan Lauh Mahfuzh sebagai kitab atau peranti keras raksasa yang menyimpan seluruh data atau cetak biru mengenai segala peristiwa yang terjadi, sejak zaman azali hingga kiamat. Makhluk itu sering disinonimkan dengan Umm al-Kitab (QS ar-Ra'd:39), Kitab Maknun (QS al-Waaqi'ah:77), dan Kitab al-Mubin (QS al-An'aam:59).
Baitul Izzah
Fase ini merupakan kelanjutan dari sebelumnya. Setelah di Lauh Mahfuzh, Alquran secara utuh diturunkan ke Baitul Izzah, yakni langit dunia (samaaud dunya). Ini terjadi pada bulan suci. Ulama-ulama menyatakan, momen turunnya Alquran itu berlangsung pada malam Jumat tanggal 17 Ramadhan.
Saat itu disebut pula sebagai Lailatul Qadr. Allah SWT memuji Ramadhan sebagai bulan turunnya Alquran. Lihat, misalnya, surah al-Baqarah ayat 185. Artinya, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”
Lailatul Qadar yang dicari pada Ramadhan berbeda-beda berdasarkan beberapa riwayat. Satu hadis menyatakan, “Maka carilah oleh kalian pada 10 malam terakhir (Ramadhan)” (HR Muslim). Rasulullah SAW juga bersabda, “Apabila tiba Lailatul Qadar, Jibril turun ke dunia bersama kumpulan para malaikat dan akan berdoa bagi orang yang berdiri shalat malam dan duduk mengingat Allah.”
Sampai pada Nabi
Akhirnya, tibalah pada fase terakhir. Pada tahap ini, Alquran diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Turunnya kitabullah ini terjadi secara berangsur-angsur, yakni dalam kurun waktu sekitar 23 tahun. Dalil terkait hal itu adalah surah as-Syu’ara ayat 193-195.
Artinya, “Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas.”