Senin 21 Oct 2024 07:46 WIB

Mengintip Efek Hilirisasi, Warisan Jokowi yang Siap Dilanjut Prabowo

Pada 2029, Indonesia menetapkan target pendapatan per kapita sekitar 10 ribu dolar AS

Rep: Frederikus Bata/ Red: Lida Puspaningtyas
Pupuk Indonesia dukung hilirisasi industri lewat pabrik amonium nitrat.
Foto: Pupuk Indonesia
Pupuk Indonesia dukung hilirisasi industri lewat pabrik amonium nitrat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hilirisasi adalah salah satu warisan Presiden Joko Widodo yang bakal dilanjutkan di era Prabowo Subianto. Ahad (20/10/2024), Prabowo resmi memimpin Indonesia. Sebelum fokus ke lembaran baru, perlu ditelaah apa yang terjadi kemarin. Tepatnya terkait dampak dari adanya hilirisasi bagi perekonomian tanah air.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia konsisten mengimplementasikan gagasan tersebut. Di sebuah kesempatan, Jokowi berpesan agar hal itu harus terus dilakukan. Terutama di wilayah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sektor ESDM, jelas dia, sangat vital bagi perekonomian nasional.

Baca Juga

"Nilai tambah di sektor ESDM ini sangat penting, karena nilainya sangat besar sekali. (pengolahan) nilai tambah harus di dalam negeri, bukan mentahan yang kita kirim, kemudian yang menikmati negara-negara lain," kata Presiden saat berbicara di hari jadi Pertambangan dan Energi ke-79, di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (10/10/2024).

Ia melanjutkan, apa yang terjadi di masa lalu, jangan sampai terulang. Tidak bisa seperti itu lagi. Pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi, menciptakan banyak industri turunan. Sebab produk yang dihasilkan harus diserap, dijual ke konsumen.

Efeknya ke mana-mana. Termasuk membuka banyak lapangan kerja. Menurut Presiden, itu keuntungan yang diperoleh negara luar ketika Indonesia belum tegas melakukan hilirisasi.

"Yang kaya mereka, yang menjadi negara maju mereka, kita tidak bisa melompat. Inilah yang sering saya sampaikan pentingnya hilirisasi. Industrial downstreaming, penting sekali. Jangan ada yang mundur untuk satu masalah ini dengan alasan apapun," ujar Jokowi menegaskan.

Dampak dari kebijakan pemerintah tersebut, perusahaan tambang diwajibkan memiliki smelter. PT Freeport Indonesia (PTFI) baru saja menyelesaikan pembangunan smelter kedua yang ada di Gresik, Jawa Timur. Dalam setahun, PTFI mengolah 3 juta ton konsentrat tembaga.

Dengan adanya smelter, kini perusahaan tersebut menghasilkan produk turunan di dalam negeri. "Sudah lebih dari 50 tahun lebih mereka mengolah itu. (Dulunya) semelter di mana? Tidak di dalam negeri," kata Jokowi.

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia juga sering membahas hilirisasi di sejumlah kesempatan. Bahlil mengatakan saat ini sudah terasa manfaatnya. Ia mencontohkan apa yang terjadi di PTFI, dan PT AMNT.

photo
Pekerja melintas di lokasi proyek Smelter Freeport di sela Peresmian Produksi Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Smelter PTFI, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Senin (23/9/2024). Pabrik smelter dengan nilai investasi sebesar Rp56 triliun tersebut akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga dan menghasilkan 900 ribu ton katoda tembaga, 50 ton emas, serta 210 ton perak yang berkontribusi menambah pendapatan negara hingga Rp80 triliun per tahun. - (ANTARA FOTO/Rizal Hanafi)

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement