Jumat 25 Oct 2024 17:34 WIB

Analisis Prediksi Unilever Masih Akan ‘Tertatih-tatih’ dalam Jangka Waktu Dekat

Penyebab utama yang memengaruhi kinerja Unilever adalah persaingan harga.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Logo Unilever.
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Logo Unilever.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Unilever Indonesia Tbk telah mencatatkan penurunan laba pada kuartal III 2024, melanjutkan kondisi laba yang ambles dalam beberapa tahun terakhir. Analis menilai perusahaan yang berkode emiten UNVR tersebut masih akan tertatih-tatih dalam waktu dekat.

“Jangka pendek masih berat ya. Cukup sulit,” kata Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama Kiswoyo Adi Joe saat dihubungi Republika, Jumat (25/10/2024).

Baca Juga

Kiswoyo menerangkan mengenai faktor yang menyebabkan kinerja Unilever mengalami anjlok. Salah satunya adalah efek daripada boikot terhadap Unilever, buntut konflik Israel-Palestina. Namun menurut penuturannya, itu bukanlah faktor utama.

Ia menyebut penyebab utama yang memengaruhi kinerja Unilever adalah persaingan harga. Para pelanggannya beralih ke merek lain yang harga produk-produknya lebih terjangkau daripada produk Unilever.

“Karena persaingannya sudah berat. Memang market leader-nya masih, tapi kan harga jualnya sudah enggak bisa naik kayak dulu lagi ya. Karena ekonomi juga lagi sulit, (konsumen) beralih ke produk pesaing. Konsumsi masih gede, cuma orang kalau ada yang lebih murah mereka akan pakai yang lebih murah, jadi ya memang berat secara kinerja juga lagi berat sih,” jelasnya.

Kiswoyo mengatakan, kondisi tersebut menjadi tantangan bagi Unilever, sebab masyarakat Indonesia sensitif dengan faktor harga. Terlebih Unilever juga menghadapi tantangan berupa kondisi harga komoditas saat ini sedang tinggi. Itu menjadi PR besar bagi Unilever ke depan agar bisa memulihkan kondisi kinerja perusahaan.

“Tergantung harga komoditi ya. Masalahnya, salah satu bahan baku mereka, CPO lagi tinggi harganya, sementara harga jual enggak bisa dikerek naik, malah kalau bisa diturunkan. Ini yang mungkin profit akan bisa lebih tertekan lagi, tergantung harga bahan bakunya sih nanti,” jelasnya.

Saat ditanya mengenai langkah strategis yang akan dilakukan Unilever, diantaranya berupa harmonisasi harga, Kiswoyo menilai hal itu bisa saja efektif, tetapi bisa juga sebaliknya.

“Kita coba lihat mereka bisa menurunkan harga sampai seberapa jauh sih. Persaingannya sekarang memang lebih ketat. Kita masih menunggu efektivitas manuver-manuver yang dilakukan Unilever ke depan,” ujar dia.

Sebelumnya diketahui, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan laba bersih yang menurun menjadi Rp 3 triliun pada kuartal III 2024. Angka itu turun sebesar 28,15 persen year on year (yoy) dibandingkan yang mencatatkan laba Rp 4,18 triliun pada periode yang sama tahun 2023 (yoy).

Berdasarkan laporan keuangan per akhir September 2024, Unilever Indonesia membukukan penjualan bersih senilai Rp 27,41 triliun. Perolehan itu terkoreksi 10,12 persen dari posisi Rp 30,5 triliun tahun lalu.

Adapun kinerja Univeler Indonesia didorong oleh penjualan segmen dalam negeri yang meraih Rp 26,63 triliun atau melemah 9,89 persen year on year (yoy). Sementara penjualan ekspor mencatatkan koreksi 17,45 persen secara tahunan menjadi Rp 785,7 miliar.

“Dari hasil kinerja tahun berjalan ini terlihat bahwa kami sedang menavigasi situasi penuh tantangan. Kami memahami dengan jelas langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasinya,” ujar Direktur Utama Unilever Benjie Yap dalam Wawancara Eksklusif Laporan Kinerja Keuangan Kuartal II 2024 oleh UNVR yang diikuti secara daring, Rabu (23/10/2024) sore.

Ia pun menegaskan, perseroan berkomitmen untuk melakukan penyesuaian, termasuk meluncurkan produk baru dan memperkuat saluran distribusi, sambil meninjau kembali alokasi biaya. Namun, dengan tren penurunan yang terlihat, langkah-langkah ini harus segera diimplementasikan agar dapat memulihkan kinerja di masa mendatang.

Salah satu langkah strategis yang akan dilakukan adalah meningkatkan eksekusi Go-to-Market (GTM) pada kuartal IV tahun 2024 dan kuartal I 2025. Perusahaan berkomitmen untuk meningkatkan penggantian produk dan mengurangi inventaris yang ada. Unilever juga akan melakukan harmonisasi harga di seluruh saluran penjualan untuk meningkatkan gross margin melalui program pengurangan biaya.

“Semua langkah ini diharapkan dapat memperkuat brand dan portofolio kami,” harap Benjie Yap.

Unilever Indonesia berharap, dengan langkah tersebut dapat membangun fondasi yang kuat untuk pangsa pasar jangka panjang. “Kami optimistis dapat kembali menjadi pemimpin pasar pada kuartal II 2025,” tambah Yap. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement