REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa bulan terakhir, harga emas di pasar global telah mengalami lonjakan yang signifikan. Kenaikan ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpastian ekonomi global, inflasi yang meningkat, serta permintaan yang kuat dari sektor investasi.
Melihat kondisi tersebut, Direktur Penjualan & Distribusi Bank Syariah Indonesia (BSI) Anton Sukarna mengungkapkan optimisme tentang target pembiayaan berbasis emas BSI hingga akhir tahun ini. Untuk mendorong pembiayaan, BSI memiliki tiga strategi utama, salah satunya adalah fokus pada segmen dan sektor yang profitable dengan risiko yang terjaga, termasuk di dalamnya produk emas BSI seperti gadai dan cicil emas.
Hingga kini, produk cicil emas BSI tumbuh signifikan 143,41 persen, dengan NPF yang mencapai 0 persen. Hal ini menunjukkan semua pembiayaan yang disalurkan aman dan tidak bermasalah.
“Alhamdulillah, kami berharap dapat mencapai pembiayaan berbasis emas sebesar Rp 11 triliun hingga akhir tahun 2024, dan angka ini sudah kami capai pada Oktober 2024,” kata Anton dalam paparan kinerja BSI pada triwulan III 2024, secara daring Selasa (29/10/2024).
Anton menjelaskan pembiayaan emas di BSI tumbuh sekitar 60 persen secara keseluruhan, didorong oleh produk cicil emas yang tumbuh lebih dari 100 persen dan gadai sekitar 25 persen. Pembiayaan berbasis emas ini merupakan produk yang prudent karena emas berfungsi sebagai jaminan.
"Dengan tren kenaikan harga emas yang signifikan, kami optimistis bisnis ini akan terus bertumbuh," ungkap Anton.
Saat ini, BSI berfokus pada tiga segmen nasabah yakni nasabah waiting list haji, nasabah payroll, dan nasabah priority. Hingga September 2024, pembiayaan emas di BSI mencapai Rp 10,85 triliun, tumbuh 60,52 persen.
"Capaian tersebut menunjukkan bisnis BSI aman dan memberikan dampak positif bagi nasabah," tuturnya
Lebih lanjut, ia menyebutkan, generasi muda, termasuk Gen Z dan Millennial, semakin tertarik pada investasi emas, dengan hampir 33 persen nasabah pembiayaan emas BSI berasal dari kelompok ini. “Kami akan terus mengembangkan produk cicil emas melalui BSI Mobile dan jaringan agen, serta di seluruh kantor cabang kami,” tambahnya.
Ia pun percaya masyarakat dapat mengakses cicil emas dengan gramasi kecil yang terjangkau, sehingga produk ini sangat potensial untuk pertumbuhan di masa depan. “Kami optimis bahwa investasi ini akan terus berkembang, memberikan akses kepada masyarakat luas di Indonesia,” tegas Anton.
Hingga kuartal III 2024, total pembiayaan yang disalurkan BSI mencapai Rp 267,07 triliun atau tumbuh 15,28 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong oleh seluruh segmen pembiayaan yang positif, termasuk pembiayaan wholesale yang tumbuh 12,17 persen, ritel naik 30 persen, dan konsumer meningkat 16,27 persen.