Rabu 13 Nov 2024 19:22 WIB

Musim Hujan, PT KAI Daop 2 Bandung Antisipasi 73 Titik Rawan Banjir Hingga Longsor

Ada beberapa langkah yang dilakukan Daop Bandung untuk meminimalisir potensi bahaya

PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung melakukan perawatan dan perbaikan perlintasan kereta api serta menyiagakan petugas pemantau khusus dan Petugas Penilik Jalur (PPJ)
Foto: FOTO ANTARA/Adeng Bustomi
PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung melakukan perawatan dan perbaikan perlintasan kereta api serta menyiagakan petugas pemantau khusus dan Petugas Penilik Jalur (PPJ)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Curah hujan di Jabar saat ini intensitasnya cukup tinggi. Hujan yang turun terus menerus ini, harus diwaspadai karena bisa membuat Jalur kereta api (KA) terendam atau amblas. Oleh karena itu, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung telah siaga dengan memetakan daerah-daerah Pemantauan Khusus di wilayah kerja Daerah Operasi 2 Bandung.

"Setidaknya terdapat 73 titik Daerah pemantauan khusus baik banjir, longsor, jembatan dan kontur tanah labil maupun amblas," ujar Executive Vice Presiden KAI Daop 2 Bandung, Dicky Eka Priandana, kepada wartawan, Rabu (13/11/2024).

Baca Juga

Dicky mengatakan, melihat intensitas hujan yang meningkat di beberapa hari terakhir, pihaknya melakukan upaya-upaya pencegahan potensi gangguan perjalanan KA. "Mengingat jumlah perjalanan 164 KA di Wilayah Daop 2 bandung dengan rincian KA Commuter Line Bandung Raya sebanyak 46 KA, KA Walahar sebanyak 10 KA, KA Siliwangi 6 dan KA Feeder KCJB sebanyak 54, kami melakukan upaya-upaya pencegahan potensi gangguan perjalanan KA," katanya.

Dicky menjelaskan, ada beberapa langkah-langkah yang telah dilakukan Daop Bandung untuk meminimalisir potensi bahaya akibat bencana yang mungkin dapat mengganggu perjalanan KA. Di antaranya dengan normalisasi saluran air dari tumpukan sampah, membuang lumpur ke luar rumija, membuat trucuk dari bambu dan penahan tanah dengan menggunakan karung diisi tanah dan retaining wall.

Sementara itu, kata dia, Alat Material Untuk Siaga (AMUS) juga disiapkan di 14 titik yaitu di Stasiun Bandung, Kiaracondong, Cicalengka, Cibatu, Ciawi, Tasikmalaya, Banjar, Cimahi, Padalarang, Cianjur, Cibeber, Rendeh, Purwakarta dan Cibungur. AMUS yang disiapkan tersebut berupa pasir dalam kantong karung, bantalan rel, perancah dari besi untuk penahan pondasi jalur, dan lainnya. Sejumlah peralatan ringan hingga alat berat seperti Multi Tie Tamper (MTT) juga disiagakan untuk merawat kondisi jalur rel agar tetap laik dilintasi kereta api.

Upaya antisipasi lainnya, kata dia, yaitu dengan menyiagakan petugas khusus di titik-titik Daerah Pemantauan Khusus (Dapsus) Petugas tersebut secara bergantian bersiaga selama 24 jam untuk terus memantau daerah potensi bencana. Para petugas juga dapat langsung melakukan tindakan jika terjadi masalah pada jalur Dapsus tersebut. Daop 2 Bandung menyiapkan Petugas Penilik Jalan (PPJ) dan petugas posko daerah pantauan khusus. Petugas dan perlengkapan tersebut disiagakan untuk mengamankan perjalanan KA di sepanjang lintas KA untuk memantau apabila terjadi kondisi yang dapat menghambat perjalanan KA.

“Transportasi dengan kereta api mengedepankan keselamatan dan pelayanan, sehingga upaya-upaya KAI untuk memitigasi gangguan di musim hujan ini merupakan salah satu layanan kami kepada masyarakat pengguna kereta api untuk mendukung konektivitas sehari-hari,” kata Dicky.

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh PT KAI Daop 2 Bandung, ada 73 titik pemantauan khusus. Oleh karena itu, di titik-titik tersebut telah dilakukan pemantauan. Daerah-daerah pemantauan khusus tersebar di sejumlah titik di antaranya:

Ada 23 Titik tanah labil meliputi:

KM 98+100 s.d 98+200 antara Stasiun Cibungur-Purwakarta

KM 110+200 s.d 112+700 antara Stasiun Ciganea-Sukatani

KM 123+400 s.d 127+500 antara Stasiun Ciganea-Sukatani

KM 147+300 s.d 149+600 antara Stasiun Sukatani-Cilame

KM 144+500 s.d 144+600 antara Stasiun Padalarang-Cimahi

KM 73+900 s.d 74+100 antara Stasiun Lampegan-Cibeber

KM 76+500 s.d 77+300 antara Stasiun Lampegan-Cibeber

KM 86+200 s.d 86+400 antara Stasiun Cibeber-Cianjur

KM 115+500 s.d 115+600 antara Stasiun Cipeuyeum-Cipatat

KM 105+900 s.d 106+000 antara Stasiun Cianjur-Ciranjang

KM 105+900/000 antara Stasiun Cianjur-Ciranjang

KM 0+400/500 antara Stasiun Cibatu-Pasirjengkol

KM 205+400/500 antara Stasiun Leles-Karangsari

KM 206+200/300 antara Stasiun Leles-Karangsari

KM 206+400/500 antara Stasiun Leles-Karangsari

KM 212+000/100 antara Stasiun Karangsari-Cibatu

KM 215+300/500 antara Stasiun Cibatu-Warungbandrek

KM 221+500/600 antara Stasiun Warungbandrek-Bumiwaluya

KM 227+300 s.d 228+600 antara Stasiun Warungbandrek-Bumiwaluya

KM 241+000/100 antara Stasiun Cipeundeuy-Cirahayu

KM 281+700/800 antara Stasiun Manonjaya-Ciamis

KM 282+500/600 antara Stasiun Manonjaya-Ciamis

KM 293+100/200 antara Stasiun Ciamis-Bojong

Terdapat pula 31 Titik daerah potensi longsor di antaranya:

KM 112+700 s.d 115+200 antara Stasiun Ciganea-Sukatani

KM 106+000 s.d 108+000 antara Stasiun Purwakarta-Ciganea

KM 131+700 s.d 132+700 antara Stasiun Plered-Cikadongdong

KM 133+000 s.d 135+100 antara Stasiun Cikadongdong-Rendeh

KM 137+800 s.d 142+900 antara Stasiun Rendeh-Maswati

KM 145+400 s/d 145+500 antara Stasiun Sasaksaat-Cilame

KM 150+000 s.d 152+600 antara Stasiun Sasaksaat-Cilame

KM 155+000 s.d 157+600 antara Stasiun Cilame-Padalarang

KM 91+200/300 antara Stasiun Cibeber-Cianjur

KM 117+000 s.d 117+100 antara Stasiun Cipeuyeum-Cipatat

KM 145+000 s.d 146+000 antara Stasiun Padalarang-Cimahi

KM 186+000 s.d 189+200 antara Stasiun Cicalengka-Nagreg

KM 192+400 s.d 194+800 antara Stasiun Nagreg-Lebakjero

KM 196+800 s.d 200+000 antara Stasiun Lebakjero-Leles

KM 211+100/300 antara Stasiun Karangsari-Cibatu

KM 228+100/600 antara Stasiun Warungbandrek-Bumiwaluya

KM 237+900/100 antara Stasiun Cipeundeuy-Cirahayu

KM 245+600 s.d 245+700 antara Stasiun Cirahayu-Ciawi

KM 218+000/100 antara Stasiun Cibatu-Warungbandrek

KM 231+000/100 antara Stasiun Bumiwaluya-Cipeundeuy

KM 236+300/400 antara Stasiun Cipeundeuy-Cirahayu

KM 238+400/500 antara Stasiun Cipeundeuy-Cirahayu

KM 244+000/100 antara Stasiun Cirahayu-Ciawi

KM 259+500/600 antara Stasiun Rajapolah-Indihiang

KM 261+000/400 antara Stasiun Rajapolah-Indihiang

KM 263+500/900 antara Stasiun Rajapolah-Indihiang

KM 276+200/570 antara Stasiun Tasikmalaya-Awipari

KM 283+900 s.d 284+050 antara Stasiun Manonjaya-Ciamis

KM 283+800 s.d 284+000 antara Stasiun Manonjaya-Ciamis

KM 303+100 s.d 303+300 antara Stasiun Bojong-Karangpucung

KM 302+800 s.d 303+200 antara Stasiun Bojong-Karangpucung

Selain itu, terdapat pula 9 titik potensi banjir yakni:

KM 92+900 s.d 93+000 antara Stasiun Cibungur-Purwakarta

KM 98+000 s.d 98+100 antara Stasiun Cibungur-Purwakarta

KM 94+900/000 antara Stasiun Cibeber-Cianjur

KM 150+600 s.d 150+900 antara Stasiun Cimindi-Andir

KM 167+800/900 antara Stasiun Kiaracondong-Cimekar

KM 178+300/600 antara Stasiun Haurpugur-Cicalengka

KM 202+600/000 antara Stasiun Leles-Karangsari

KM 255+500/800 antara Stasiun Ciawi-Rajapolah

KM 256+700/259+800 antara Stasiun Ciawi-Rajapolah

Terdapat pula 10 titik jembatan (Bangunan Hikmat) seperti:

KM 105+392 BH 337

KM 110+648 BH 355

KM 133+485 BH 471

KM 172+000/100 BH 784

KM 61+400/500 BH 346

KM 155+900/000 BH 734

KM 231+205 BH 1032

KM 233+031 BH 1040

KM 284+106 BH 1292

KM 243+683 BH 1087

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement