Kamis 14 Nov 2024 14:59 WIB

Kisah Mengharukan Nabi Muhammad Saat Berdakwah di Taif

Penduduk Taif menimpuki Nabi Muhammad.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad
Foto: Dok Republika
Ilustrasi kaligrafi Nabi Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kisah Nabi Muhammad SAW yang ditimpuki batu ketika berdakwah di Taif adalah salah satu momen yang sangat mengharukan dalam perjalanan dakwah beliau. Saat berdakwah di kota ini, penduduknya masih menyembah berhala. 

Saat itu, Nabi Muhammad SAW pergi ke Taif dengan harapan bisa mendapatkan dukungan dari penduduk setempat setelah mengalami penolakan yang berat di Makkah. Rasulullah berangkat ke Thaif ditemani Zaid bin Haritsah dengan berjalan kaki. 

Baca Juga

Rasulullah menyampaikan dakwahnya di Taif selama 15 hari. Namun, alih-alih mendapatkan dukungan, beliau malah disambut dengan ejekan dan lemparan batu oleh penduduk Taif, termasuk oleh anak-anak kecil yang dihasut oleh para pemimpin mereka. Nabi pun mengalami luka-luka akibat lemparan batu tersebut, hingga kakinya terluka dan bercucuran darah. 

Dalam kondisi terserang, Zaid yang melindungi Rasul juga mengakibatkan kepalanya terluka. Keduanya melarikan diri ke kebun milik Utbah bin Ra bi'ah. Di sana mereka beristirahat dan mengobati luka. 

Ketika itu Rasulullah bermunajat kepada Allah SWT agar dirinya dikuatkan menghadapi cobaan yang begitu berat. Allah SWT lalu menjawab doa sang nabi. 

Dalam kondisi penuh penderitaan ini, Malaikat Jibril datang bersama Malaikat penjaga gunung dan menawarkan untuk membinasakan penduduk Thaif dengan menghimpit mereka di antara dua gunung, sebagai bentuk balasan atas perlakuan mereka.

Malaikat Jibril bertutur kepada sang Nabi,” Apakah engkau mau aku timpakan dua gunung kepada mere ka (masyarakat Thaif)? Kalau itu kau inginkan maka akan aku lakukan.”

Namun, dengan penuh kasih sayang dan pengampunan, Nabi Muhammad SAW menolak tawaran tersebut. Bahkan beliau mengharapkan Allah akan menciptakan generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat di sana.

بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

Artinya: “(Tidak) sebaliknya aku berharap supaya Allah Azza wa Jalla melahirkan dari anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua”. (HR Bukhari dan Muslim).

Kisah ini adalah contoh agung tentang kesabaran, pengampunan, dan kasih sayang Rasulullah SAW, meskipun beliau diperlakukan dengan begitu buruk. Dan, benar saja, beberapa tahun kemudian, penduduk Taif mulai memeluk Islam dan menjadi bagian dari umat yang beriman. Ini menunjukkan betapa besarnya hikmah di balik kesabaran dan doa yang tulus dari Nabi Muhammad SAW.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement