Ahad 17 Nov 2024 18:01 WIB

KNEKS Dukung Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

KNEKS sedang upayakan kembangkan indikator makro ekonomi syariah

Rep: Dian Fath/ Red: Hasanul Rizqa
Direktur Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat
Foto: Republika/Thoudy Badai
Direktur Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) tengah berupaya mengembangkan indikator makro ekonomi syariah yang dapat mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen pada tahun 2028-2029. Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS Sutan Emir Hidayat, mengungkapkan salah satu fokus utama adalah penguatan sektor usaha syariah dan pembiayaan syariah yang diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

"Jadi sekarang kami (KNEKS) lagi diminta membangun indikator makro ekonomi syariah yang dapat menunjang pencapaian pertumbuhan ekonomi 8 persen," ujar Sutan Emir Hidayat kepada Republika, Ahad (17/11/2024).

Baca Juga

"Beberapa hal yang sedang kami fokuskan adalah aktivitas usaha syariah, pembiayaan syariah, halal value chain terhadap PDB dan ekspor produk halal," tambahnya.

Sebagai informasi, Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen pada periode 2028-2029. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam rapat koordinasi nasional baru-baru ini menyebutkan, sektor-sektor strategis seperti konsumsi, investasi, ekspor, dan hilirisasi sumber daya alam (SDA) akan menjadi pendorong utama tercapainya target tersebut.

Menurut Airlangga, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapainya, mengingat pernah meraih pertumbuhan ekonomi sebesar 8,2 persen pada tahun 1995, yang didorong oleh sektor manufaktur, industri otomotif, konstruksi, jasa, dan investasi. Oleh karena itu, hilirisasi akan menjadi salah satu sektor kunci dalam pencapaian target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo.

Emir menambahkan, ekonomi syariah memiliki peran penting dalam memperkuat perekonomian Indonesia. "Dalam hal ini, ekonomi syariah dapat menjadi motor penggerak baru yang dapat berkontribusi pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan, melalui pengembangan sektor usaha syariah, halal value chain, dan ekspor produk halal," ujarnya.

Pemerintah juga tengah fokus pada upaya menurunkan nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR), yang merupakan indikator efisiensi penggunaan investasi untuk menghasilkan output ekonomi. Langkah-langkah ini meliputi peningkatan pemanfaatan infrastruktur, konektivitas, serta pelatihan dan pengembangan keterampilan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Pertumbuhan ekonomi yang sehat, menurut Airlangga, juga perlu dijaga dengan menurunkan inflasi, menjaga kestabilan harga pangan, dan memastikan pengembangan UMKM. "Kredit usaha rakyat dan program-program pemerintah daerah untuk mendukung UMKM sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat dan menciptakan lapangan kerja," ujar Airlangga.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement