Selasa 19 Nov 2024 14:52 WIB

SCG Dorong Integrasi Pertumbuhan Ekonomi dan Keberlanjutan Lingkungan  

Kolaborasi sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan lingkungan.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
President & CEO SCG Thammasak Sethaudom menjawab pertanyaan wartawan di sela kegiatan ESG Symposium 2024 Indonesia, Jakarta, Selasa (19/11/2024).
Foto: Lintar Satria/Republika
President & CEO SCG Thammasak Sethaudom menjawab pertanyaan wartawan di sela kegiatan ESG Symposium 2024 Indonesia, Jakarta, Selasa (19/11/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pertumbuhan ekonomi secara tradisional umumnya fokus pada indikator pendapatan dan investasi, dan masih terbatas dalam melibatkan perspektif lingkungan. Untuk itu, perusahaan multinasional Siam Cemet Group (SCG), mendorong terintegrasikannya kegiatan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan untuk mencapai pertumbuhan hijau.

SCG meyakini ketahanan dan stabilitas lingkungan adalah salah satu kunci resiliensi bangsa dalam mencapai target pembangunan “Indonesia Emas 2045” dan Net Zero Carbon Emission 2060, serta menghadapi berbagai krisis di masa depan. SCG mendorong kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, pelaku industri, akademisi, dan masyarakat, untuk menyelesaikan persoalan lingkungan seperti deforestasi, pencemaran air, udara, dan tanah; krisis iklim, serta kelangkaan sumber daya alam.

“Keberlanjutan bukanlah tujuan akhir, melainkan esensi dari bisnis SCG. Sebagai salah satu kontributor ekonomi, kami terus mengeksplor inisiatif dalam menerapkan end-to-end kegiatan operasional dan bisnis yang berkelanjutan," kata President & CEO SCG Thammasak Sethaudom di kegiatan ESG Symposium 2024 Indonesia: Inclusive Green Growth for Golden Selasa (19/11/2024).

Thammasak menjelaskan, keberlanjutan salah satunya dilakukan dengan menciptakan inovasi produk hijau dan membangun infrastruktur hijau di Indonesia. Ia menambahkan, SCG mendukung Indonesia Emas 2045 sebagai rencana strategis pembangunan nasional yang meliputi transformasi di seluruh bidang, termasuk lingkungan. "Cita-cita ini dapat terwujud dengan kolaborasi yang terstruktur, dan kami siap menjadi mitra utama Indonesia.” jelas Thammasak.

Dalam kesempatan ini, SCG memperkenalkan inovasi produk low carbon cement atau semen rendah karbon terbaru, “Bezt Eco Friendly Cement”. Proses manufaktur produk ini menggunakan energi terbarukan dan bahan baku daur ulang seperti semen slag, abu terbang, dan limbah industri.

Dalam formulasinya, SCG menggunakan CACO3 Calcium Carbonate yang meningkatkan kekuatan beton dan gypsum untuk memperlambat pengerasan semen. Proses produksi dan formulasi produk tersebut berhasil mengurangi emisi CO2 hingga 50kg per ton.

Produk ini berhasil mendapatkan skor 95 persen pada sertifikasi Green Label dan skor SNI 127 persen untuk tingkat ketahanan, 7persen lebih tinggi dari produk-produk dengan harga serupa.

Selain inovasi produk, Warit Jintanawan, Country Director SCG di Indonesia juga menjelaskan transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan juga menjadi strategi penerapan ESG dengan porsi yang signifikan dalam bisnis SCG di Indonesia.

"Transisi energi adalah upaya strategis untuk dekarbonisasi. Dengan mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, kita turut mengurangi risiko perubahan iklim dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,", kata Warit.

Ia menambahkan manfaat ini akan terasa secara jangka panjang, ketika ketersediaan sumber daya alam mencukupi untuk generasi berikutnya, serta kondusivitas lingkungan mampu menciptakan peluang ekonomi, seperti menarik investasi asing dan menciptakan lapangan kerja baru. "Inilah indikator-indikator pertumbuhan ekonomi hijau yang perlu kita sasar.” ujar Warit.

Peramas Wajananat, Presiden Direktur SCG Indonesia & PT. Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi, menjelaskan, skala implementasi operasional berkelanjutan di pabrik Semen Jawa terus meningkat dan semakin menyeluruh setiap tahunnya. Produksi semen PT Tambang Semen Sukabumi sudah menggunakan teknologi Alternative Fuel and Raw (AF/AR) dengan mengolah limbah B3 dan non-B3.

"Kami juga mengoperasikan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) untuk mengolah sampah menjadi energi alternatif yang mengurangi 20 persen penggunaan bahan bakar fosil kami. Selain itu, SCG juga mengembangkan teknologi Carbon Capture untuk mengurangi emisi karbon, semua untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi demi menciptakan bisnis yang hijau dan berkelanjutan,” kata Peramas.

SCG juga memperluas SCG Cleanergy ke Indonesia sebagai solusi terpadu untuk transisi energi terbarukan. Pada tahap awal ini, SCG telah mendirikan kantor perwakilan untuk melakukan riset pasar, menawarkan solusi instalasi panel surya bagi industri lokal, serta mempersiapkan manufaktur produk di Indonesia di masa depan.

Atas berbagai upaya keberlanjutan yang dilakukan perusahaan, SCG, secara global, meraih skor tertinggi dari Dow Jones Sustainability Indices (DJSI) dalam kategori Bahan Bangunan.

Selain itu, SCG diakui sebagai Top 1 peren dalam S&P Global Corporate Sustainability Assessment atas perjalanannya selama 20 tahun sebagai DJSI Global Sustainability Leader. Prestasi ini merupakan bukti nyata dari komitmen perusahaan terhadap praktik ESG 4 Plus, yang mencakup upaya Net Zero, menciptakan produk hijau dan industri hijau (Go Green), menekan kesenjangan sosial (Reduce Inequality), dan merangkul kolaborasi (Embrace Collaboration).

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi kekuatan ekonomi global dengan kuantitas sumber daya manusia dan kekayaan sumber daya alamnya. Melalui ESG SYMPOSIUM 2024, SCG berharap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas lingkungan dan sosial dapat saling beriringan, sehingga target Indonesia Emas 2045 dan Net Zero Carbon 2060 dapat tercapai.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement