REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam biografi resmi yang dirilis Pusat Sejarah TNI, ada pelbagai cerita mengenai besarnya pengaruh Hizbul Wathan (HW) dalam membentuk pribadi Jenderal Besar Sudirman. Tokoh militer Indonesia itu pada masa remajanya bergabung dengan kepanduan dalam lingkup Muhammadiyah tersebut.
“Melalui kegiatan Hizbul Wathan, bakat bakat kepemimpinan Sudirman terlihat. Ia menjadi pandu yang disiplin, dan bertanggung jawab, cinta terhadap alam,” demikian petikan narasi dalam buku tersebut.
Secara umum, ada tiga kegiatan yang diikuti Sudirman muda sebagai seorang pandu HW, yakni pendidikan rohani, pelatihan jasmani, dan karya bakti.
Untuk yang terakhir itu, lelaki kelahiran Purbalingga (Jawa Tengah) itu diharuskan aktif dalam Majelis Penolong Kesengsaraan Oemat (kini PKU) Muhammadiyah. Bersama rekan-rekannya, ia ikut mengumpulkan zakat, mempersiapkan penyelenggaraan shalat id, menyembelih hewan kurban dan membagikan daging kepada warga, serta pelbagai kegiatan positif lain-lainnya.
Ada pula satu kisah perkemahan pandu HW di Lereng Batur, daerah Dieng Wonosobo. Dlaam kegiatan itu, tampak karakteristik Sudirman remaja saat menghadapi situasi dan kondisi yang ekstrem.
Menjelang malam, turun hujan deras. Udara menjadi sangat dingin. Rekan-rekan Sudirman yang tak kuat dingin meminta izin untuk pindah tenda atau turun ke rumah penduduk.
Sementara, Sudirman tetap dalam tendanya. Seorang kawannya yang bertugas jaga malam sempat mendengar lantunan bacaan ayat Kursi--Alquran surah al-Baqarah ayat ke-255--dari dalam tenda Sudirman. Setelah itu, ia terlihat mengenakan baju hangat dan menunaikan shalat malam.