REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia merupakan zoon politicon (makhluk sosial). Di mana pun dan kapan pun ia berada selalu membutuhkan manusia lainnya. Untuk bisa saling membantu, saling menolong, mendukung, bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia. Oleh karena itu, di dalam Islam, silaturahim sangatlah dianjurkan untuk dilestarikan.
Silaturahim berasal dari dua kata. Sillah (hubungan) dan Rahim (kasih sayang), hubungan kasih sayang karena kekeluargaan. Rahim yang artinya juga tempat janin, menunjukkan kedekatan. Secara umum dapat diartikan hubungan yang dilandaskan kasih sayang.
Sementara itu, silaturahim diartikan sebagai tali persahabatan dan persaudaraan. Di sini perbedaannya. Silaturahim tidak terbatas hanya kepada keluarga. Ketemu teman ya silaturahim, ketemu siapa saja ya silaturahim. Sementara itu, silaturahim hanya terbatas pada keluarga (durriyah) saja.
Apa sebenarnya kehebatan silaturahim ini? Sehingga, Rasul sampai memberikan jaminan luar biasa seperti yang tertuang dalam hadisnya: “Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahim," (HR Bukhari Muslim).
Inilah yang menjadi dasar bahwa silaturahim memiliki kandungan pupuk yang sangat produktif menumbuhkan pohon-pohon rezeki sekaligus memperpanjang umur. Sudah banyak yang membuktikannya. Termasuk penulis sendiri.
Di tengah zaman yang serba digital kini, jangan sampai silaturahim yang telah berubah menjadi silatuhape. Kecanggihan teknologi justru menjadi alasan kita tidak mau mendatangi teman, sahabat, dan sanak saudara. Alhasil, kita nanti sulit sekali masuk surga seperti peringatan dalam hadis ini: “Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan silaturahim.” (HR Bukhari dan Muslim). Jangan sampai! Naudzubillah!
Kedua, makna bahwa dengan bersilaturahim mampu menumbuhkan pohon-pohon rezeki adalah makna pilihan (opsional). Silakan, siapa saja boleh memilih opsi itu atau tidak. Rezeki ini pun ada yang sifatnya langsung dan ada pula yang tidak langsung dirasakan. Misalnya saja, dengan bertemu, kita bisa menawarkan produk bisnis, membangun bisnis bersama atau bersinergi dalam bisnis yang berbeda.
Jadi, keajaiban silaturahim ini akan terasa ketika kita secara rutin dan konsisten memeliharanya. Demikian sebaliknya. Kalau silaturahim ini dilakukan hanya ala kadarnya, maka keajaiban itu akan semakin menjauh dari kita.
View this post on Instagram
Wallahu a’lam.