REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sains modern banyak berbicara mengenai teori cahaya bulan dan mentari. Teori mengenai kedua benda langit yang bercahaya itu menjadi acuan keilmuan masyarakat saat ini dalam meneliti benda-benda langit.
Cahaya matahari misalkan, ditafsirkan sebagai gelombang elektromagnetik yang merupakan sumber cahaya dan panas bagi makhluk hidup di Bumi. Cahaya matahari yang masuk ke Bumi disaring oleh atmosfer dan dikonversi oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis.
Sedangkan cahaya bulan merupakan pantulan cahaya matahari yang menerangi bumi pada malam hari. Karena pantulan, maka cahaya bulan tidak seterang dan sehangat cahaya matahari.
Selain teori modern ini, ternyata Alquran sudah lebih dahulu bicara tentang teori cahaya matahari dan bulan, sebagaimana dijelaskan Allah dalam Surah Yunus ayat 5, berikut ini
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلشَّمْسَ ضِيَآءً وَٱلْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُۥ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا۟ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Huwallażī ja'alasy-syamsa ḍiyā`aw wal-qamara nụraw wa qaddarahụ manāzila lita'lamụ 'adadas-sinīna wal-ḥisāb, mā khalaqallāhu żālika illā bil-ḥaqq, yufaṣṣilul-āyāti liqaumiy ya'lamụn
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
Lihat postingan ini di Instagram