Senin 23 Dec 2024 05:58 WIB

Waspada! Vape Bikin Kecanduan, Ini Solusinya Menurut Dokter

Oranh dewasa muda rentan terhadap vaping karena pengaruh teman sebaya atau tren.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Bahaya vape (ilustrasi). Penggunaan vape atau rokok elektrik di Indonesia meningkat.
Foto: Republika
Bahaya vape (ilustrasi). Penggunaan vape atau rokok elektrik di Indonesia meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam satu dekade terakhir, penggunaan rokok elektrik meningkat dramatis di Indonesia. Berawal dari hanya setengah juta pengguna pada 2011, kini berkembang menjadi lebih dari 6 juta orang pada 2021, menurut Global Adult Tobacco Survey Indonesia.

Angka itu merupakan peningkatan dari 0,3 persen menjadi 3 persen populasi yang memilih rokok elektrik dibandingkan dengan tembakau tradisional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti pertimbangan kesehatan penting yang perlu diperhatikan, terutama mengenai dampaknya pada anak muda Indonesia.

Baca Juga

Dokter spesialis paru dan pernapasan, dr Feni Fitriani Taufik, menjelaskan bagaimana vaping memicu kecanduan fisik dan psikologis pada kalangan muda. Ketergantungan fisik berasal dari keinginan tubuh untuk nikotin, yang jika tidak terpenuhi, menyebabkan gejala penarikan seperti perubahan perilaku, emosi, persepsi, dan kesadaran.

Di luar kecanduan nikotin, vaping memenuhi kebutuhan psikologis, sering dikaitkan dengan mekanisme mengatasi stres atau pengaruh sosial di mana jutaan pengguna rokok elektrik melaporkan ingin berhenti tetapi merasa sulit tanpa adanya sistem pendukung yang tepat. “Orang dewasa muda khususnya, rentan terhadap vaping karena tekanan teman sebaya atau tren gaya hidup,” ujar dr Feni dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (23/12/2024).

Untuk membuat seseorang mampu melawan kecanduan vaping, salah satu metode yang bisa diterapkan adalah Terapi Pengganti Nikotin (NRT). Dokter Feni mengatakan, uji klinis yang diterbitkan dalam Addiction Journal menunjukkan bahwa solusi NRT dapat membantu pengguna berhenti merokok atau vaping dengan memberikan bantuan segera dari keinginan

“Di negara-negara seperti Inggris, produk seperti Nicorette QuickMist dikenal sebagai solusi cepat untuk mengurangi keinginan,” kata dia.

Sebuah studi menunjukkan bahwa semprotan mulut Nicorette QuickMist, yang mengandung dua miligram nikotin, secara signifikan lebih efektif dibandingkan plasebo dalam meredakan keinginan untuk menggunakan rokok elektrik, dengan hasil yang terlihat dalam beberapa menit. Hal ini menjadikannya salah satu solusi Terapi Pengganti Nikotin (NRT) pertama yang terbukti secara klinis untuk penghentian vaping dan saat ini sedang menjalani uji klinis di Uni Eropa, Kanada, dan Australia.

Menurut dokter Feni, Indonesia dapat menerapkan pendekatan serupa dengan menyediakan solusi NRT secara luas dan terjangkau, terutama bagi populasi mudanya. Dengan pasar vape yang berkembang pesat, mengintegrasikan NRT ke dalam strategi kesehatan masyarakat dapat menjadi salah satu solusi untuk membantu mengurangi kecanduan nikotin di kalangan anak muda Indonesia.

“Terbebas dari vaping bukan hanya tentang mengatasi kecanduan nikotin - ini tentang mengubah kebiasaan. Jadi perlu ada dukungan terapi Perilaku Konseling,” kata dr Feni.

Ketika orang-orang menggunakan terapi penggantian nikotin (NRT) dengan dukungan perilaku, peluang mereka untuk berhenti meningkat sebesar 15-25 persen dibandingkan dengan hanya menggunakan satu metode saja. Sementara NRT membantu mengelola penarikan fisik, teknik seperti Terapi Perilaku Kognitif (CBT) mengajarkan orang untuk mengenali pemicunya dan membangun cara yang lebih sehat untuk mengatasinya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement