Kamis 02 Jan 2025 08:27 WIB

Eks Rektor UIN Bandung 2003-2011 Nanat Fatah Natsir Meninggal Dunia

Prof Nanat, meninggal dunia karena sakit.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Nanat Fatah Natsir
Nanat Fatah Natsir

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Eks Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung Prof Nanat Fatah Natsir meninggal dunia di Rumah Sakit Al Islam, Kamis (2/1/2025) sekitar pukul 01.00 WIB. Almarhum yang dikenal sebagai Rektor UIN Bandung periode tahun 2003-2007 dan tahun 2007 hingga tahun 2011 meninggal dunia karena sakit.

Wakil Direktur III Pascasarjana UIN Bandung Prof  Dindin Solahudin membenarkan bahwa Prof Nanat Fatah Natsir meninggal dunia di Rumah Sakit Al Islam, Kamis (2/1/2025) dini hari. "Iya betul (almarhum meninggal dunia)," ucap dia saat dikonfirmasi, Kamis (2/1/2025).

Baca Juga

Ia mengatakan, almarhum akan dimakamkan di TPU Ciburuy di belakang Rumah Sakit Sartika Asih Bandung, Jalan Moch Toha Bandung.

Mengutip dari laman uinsgd.ac.id, almarhum meninggal dunia di usia 70 tahun. Almarhum merupakan sosok penting dalam merintis peralihan status dan pengembangan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Almarhum disholatkan di Masjid Iqomah UIN Bandung pukul 06.00 WIB dan akan dimakamkan di pemakaman umum Ciburuy Jalan M. Toha pukul 09.00 WIB. Almarhum lahir di Garut 11 Desember 1954 silam dengan istri Ade Aisyah.

Almarhum mempunyai empat orang putra dan putri yaitu Ifa Latifah, Mohammad Iqbal, Fitriyyah, dan Ilham Akbar. Ia dikenal dengan konsep “paradigma wahyu memandu ilmu”.

Dalam upaya integrasi ilmu agama dan ilmu umum UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Nanat mengilustrasikannya dalam “filosofi atau metafora RODA”.

Ilustrasi filosofi RODA ini menandakan adanya titik-titik persentuhan, antara ilmu dan agama. Artinya, pada titik-titik persentuhan itu, kita dapat membangun juga kemungkinan melakukan integrasi keduanya. Bagaimana pula dengan pandangan mengenai ilmu. Dalam teori ilmu (theory of knowledge), suatu pembagian yang amat populer untuk memahami ilmu adalah pembagian bahasan secara ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Maka lokus pandangan keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang utuh itu dibingkai dalam metafora sebuah roda. Roda adalah simbol dinamika dunia ilmu yang memiliki daya berputar pada porosnya dan berjalan melewati relung permukaan bumi. Roda adalah bagian yang esensial dari sebuah makna kekuatan yang berfungsi penopang beban dari suatu kendaraan yang bergerak dinamis.

Fungsi roda dalam sebuah kendaraan ini diibaratkan fungsi UIN Bandung pada masa mendatang yang mampu menjadi sarana dalam integrasi antara ilmu dan agama dalam konstalasi perkembangan budaya, tradisi, teknologi dan pembangunan bangsa sebagai tanggungjawab yang diembannya.

Kekuatan roda keilmuan UIN Bandung ini dapat memacu kreativitas untuk melihat kitab suci sebagai sumber ilham keilmuan yang relevan dengan bidang kehidupan secara dinamis. Karenanya, agar ilmu dan agama mampu selalu mentransendesi dirinya dalam upaya memajukan keluhuran budaya, kelestarian tradisi, penguasaan teknologi dan pembangunan bangsa seiring dengan perubahan global dalam kerangka memenuhi kepentingan kognitif dan praktis dari keduanya.

Almarhum berusaha memadukan ilmu agama dan ilmu umum yang selama ini dikotomis. Melalui laman resmi UIN Bandung di Instagram, Civitas akademika turut berbelasungkawa atas kepergian almarhum.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement