REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengguna kereta rel listrik (KRL) Commuter Line menolak rencana penutupan Stasiun Karet. Sebagian warga yang rutin menggunakan stasiun itu menilai Stasiun Karet sebagai stasiun yang vital untuk mobilitas warga.
“Iya, saya sempat dengar desas-desus soal penutupan. Kalau benar terjadi, saya akan kesulitan. Walaupun ke Sudirman atau BNI City tidak terlalu jauh, tetap saja stasiun ini vital,” ujar salah satu pengguna setia kereta rel listrik yang turun di Stasiun Karet, Eka (26), mengungkapkan keresahannya terhadap rencana ini di Jakarta, Jumat (3/1/2024).
Menurut Eka, fungsi stasiun tidak semata-mata soal jarak, tetapi ada peran penting lainnya yang mungkin terabaikan jika penutupan dilakukan tanpa kajian mendalam. “Saya berharap penutupan ini ditinjau ulang. Harus dihitung lebih banyak, manfaat atau kerugiannya,” tambahnya.
Senada dengan Eka, Salma (54), juga menyatakan penolakan lantaran merupakan pengguna setia stasiun yang jadi pusat (hub) kawasan Karet, Bendungan Hilir, Pejompongan dan kawasan sekitar Tanah Abang.
“Dari rumah saya ke sini tidak terlalu jauh. Kalau pakai angkot juga sangat terjangkau. Kalau ditutup, saya pasti kesulitan,” kata Salma.
Salma juga menyoroti dampak rencana penutupan terhadap anak sekolah, turis hingga para pekerja yang menggunakan stasiun tersebut. Menurutnya, mereka akan kebingungan mencari alternatif, terutama bagi yang tidak familiar dengan daerah sekitar atau sulit mengandalkan aplikasi peta digital.
“Stasiun ini mungkin angkanya tidak besar, tapi bagi kami yang bergantung, keputusannya sangat berat,” tegasnya.
Tidak hanya kepada pengguna kereta, rencana ini juga berdampak pada para pedagang kecil yang mencari nafkah di sekitar stasiun. Area yang biasanya ditempati sejumlah pedagang di area pintu masuk stasiun pun tampak lengang. Sementara itu, aktivitas ojek pangkalan di sekitar stasiun pun tampak lebih sepi.
View this post on Instagram