REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada beragam riwayat tentang masuk Islamnya Umar bin Khattab. Yang paling populer adalah kisah tentang pria dari Bani Adi itu hendak membunuh Rasulullah SAW dengan sebilah pedang. Dalam perjalanan, ia dicegat seorang kawannya yang ternyata telah berislam.
Lantas, temannya itu berkata bahwa beberapa orang terdekat justru sudah menyatakan iman kepada Nabi SAW. Termasuk di antara mereka adalah saudara perempuan Umar, Fatimah. Maka lelaki berbadan tinggi-besar itu tidak jadi menuju ke rumah Rasul SAW, melainkan kediaman saudarinya itu.
Singkat cerita, Umar mengamuk hingga menampar wajah Fatimah. Menyesali perbuatannya, ia lalu meminta mushaf Alquran yang sedang dipegang saudarinya itu. Lembaran itu ternyata memuat surah Thaha. Setelah membacanya, Umar dirundung keharuan yang begitu hebat. Hatinya tersentuh sehingga seketika menyatakan komitmen berislam.
Itu kisah pertama. Namun, ada pihak yang meragukan kesahihan riwayat tersebut. Sejarawan Mesir Muhammad Husain Haekal, misalnya, lebih yakin terhadap cerita lain, yakni bahwa Umar masuk Islam karena secara tidak sengaja mendengarkan Rasulullah SAW. Saat itu, beliau sedang membaca sebuah ayat Alquran di dekat Ka’bah.
Apa pun versinya, yang pasti adalah keislaman Umar menjadi salah satu peristiwa yang paling menentukan dalam sejarah. “Islamnya Umar bin Khattab adalah suatu pembebasan. Sebelum Umar memeluk Islam, kami tak dapat shalat di Ka’bah. Setelah dia menjadi Muslim, diperanginya mereka (orang-orang musyrik) sampai mereka membiarkan kami. Maka kami pun dapat melaksanakan shalat,” kata salah seorang sahabat, Abdullah bin Ma’sud.
View this post on Instagram
Sejak hari pertama menjadi Muslim, Umar memang tidak gentar. Langsung saja ia mengabarkan keimanannya pada seluruh warga Makkah. Caranya dengan menyuruh seorang yang paling “ringan” lisannya di seantero kota tersebut. Waktu itu, Jamil bin Ma’mar bagaikan media sosial pada masa kini. Apa saja yang didengar orang ini, pasti segera disiarkannya kepada sebanyak-banyaknya orang.
Maka Umar sengaja memberi tahu keislamannya kepada Jamil. Seketika, si juru berita lari, lantas naik ke bukit Makkah, sembari berteriak, “Wahai Quraisy! Umar telah menjadi murtad!”
Mendengar seruan itu, Umar naik pitam. Baginya, kata-kata Jamil telah memelintir fakta. Yang benar bukan bahwa dirinya murtad—berbalik dari kebenaran. Justru dia sudah berpaling dari sikap Jahiliyah, yakni menyembah berhala, dan kembali pada Islam sebagai jalan tauhid.