Senin 20 Jan 2025 00:56 WIB

Angin Kencang Sebabkan 75 Ton Ikan Danau Maninjau Mati

Ikan dengan jenis nila dengan berbagai ukuran itu milik beberapa petani.

Nelayan mengayuh perahunya di antara ikan mati pada keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau, Nagari Duo Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Sabtu (19/2/2022). Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam mencatat sedikitnya 130 ton ikan KJA mati sejak sepekan terakhir setelah curah hujan disertai angin kencang melanda daerah itu sehingga kerugian mencapai Rp2,6 miliar.
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Nelayan mengayuh perahunya di antara ikan mati pada keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau, Nagari Duo Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Sabtu (19/2/2022). Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam mencatat sedikitnya 130 ton ikan KJA mati sejak sepekan terakhir setelah curah hujan disertai angin kencang melanda daerah itu sehingga kerugian mencapai Rp2,6 miliar.

REPUBLIKA.CO.ID, AGAM -- Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), mencatat kematian ikan keramba jaring apung di Danau Maninjau bertambah 50 ton. Sehingga total menjadi 75 ton akibat angin kencang melanda daerah itu sejak Ahad (12/1/2025).

"Ini berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh penyuluh perikanan lapangan dari petani keramba jaring apung di danau vulkanik, Ahad (19/1/2025)," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam Rosva Deswira didampingi Penyuluh Perikanan Lapangan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam Asrul Deni Putra di Lubuk Basung.

Baca Juga

Ia mengatakan 50 ton ikan itu tersebar di Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya, Sabtu (18/1). Sebanyak 50 ton ikan dengan jenis nila dengan berbagai ukuran itu milik beberapa petani keramba jaring ikan dari puluhan petak keramba jaring apung.

"Ini data terakhir dan kita terus melakukan pendataan di lapangan," katanya.

Ia menambahkan sebelumnya ada sekitar 25 ton ikan mati di Nagari Bayua, Kecamatan Tanjung Raya tersebar di Jorong Lubuak Anyia, Banda Tangah dan Lubuak Kandang milik 12 petani, Senin (13/1).

Ikan ini mati akibat angin kencang melanda daerah itu pada Minggu (12/1) sore, sehingga terjadi pembalikan air dari dasar ke permukaan danau.

Dengan kondisi itu, oksigen berkurang di dasar danau vulkanik tersebut dan ikan mengalami pusing.

Pada Senin (13/1), tambahnya ikan mati dan mengapung ke permukaan danau. "Bangkai ikan mengapung ke permukaan dan beberapa hari kematian ikan di Bayur, kematian ikan melanda Nagari Tanjung Sani," katanya.

Ia mengajak petani agar tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau, sehingga mengakibatkan pencemaran air danau.

Namun diminta untuk mengumpulkan dan menguburkan, sehingga air danau tidak tercemar.

"Saya mengajak petani untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang bangkai ikan ke dalam danau," katanya.

Ia mengakui Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Agam telah membuat surat dengan Nomor 500.5.3.3/435/DKPP/2024 perihal prediksi cuaca ekstrem dan upaya pencegahan kematian Ikan di Danau Maninjau.

Surat tersebut dibuat pada 21 November 2024 dan diserahkan ke wali nagari atau kepala desa dan Camat Tanjun Raya agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan kematian ikan dengan kondisi cuaca ekstrem.

"Kita sudah mengantisipasi dan memberikan surat ke wali nagari dan camat," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement