Kamis 23 Jan 2025 16:20 WIB

Saham Dividen Jumbo Patut Dilirik untuk Investasi di 2025, Begini Penjelasannya

Investor disarankan untuk secara cermat meracik portofolio investasi.

Pekerja mengamati layar yang menampilkan data pergerakan perdagangan saham saat pembukaan perdagangan saham tahun 2025 di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2025).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja mengamati layar yang menampilkan data pergerakan perdagangan saham saat pembukaan perdagangan saham tahun 2025 di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya volatilitas di pasar keuangan membuat investor harus lebih berhati-hati meracik portofolio investasi. Saham-saham yang konsisten membagikan dividen dengan imbal hasil atraktif jadi sasaran untuk dikoleksi investor.

Setelah mencatatkan koreksi 2,65 persen di tahun 2024, kinerja IHSG di awal tahun menunjukkan tren positif. Secara year-to-date IHSG sudah naik hampir 2,5 persen dan kembali menembus level psikologis 7.200.

Baca Juga

Kendati kinerja pasar saham di awal tahun impresif, analis masih mencermati sejumlah risiko volatilitas di pasar keuangan global yang dapat menjadi sentimen negatif untuk kinerja aset keuangan domestik termasuk saham.

“Trump yang resmi menjabat sebagai Presiden ke 47 AS dengan segala kontroversi dan manuvernya masih akan menjadi fokus pasar beberapa waktu ke depan. Expect akan ada volatilitas” kata Nurwachidah analis riset Phintraco Sekuritas, Kamis (23/1).

Menurut Nur risiko tersebut harus diwaspadai oleh pelaku pasar. Investor disarankan untuk secara cermat meracik portofolio investasi. “Risk-return perlu dikalkulasi dengan cermat, momentum juga harus jadi pertimbangan utama,” ujar Nur.

Ia menjelaskan bahwa untuk memitigasi risiko volatilitas, saham-saham yang konsisten bagikan dividen dan nilainya jumbo dapat menjadi alternatif investasi setidaknya untuk paruh pertama di 2025. “Semester I kita bisa lihat biasanya ada aksi korporasi RUPST di sekitar bulan April. Ada keputusan pembagian dividen di sana. Jadi mulai bisa di-screening saham-saham dengan valuasi murah tetapi bagi dividen” ungkap Nur.

Saat ini Nur mengungkapkan jika universe untuk saham-saham yang membagikan dividen tinggi dapat melihat indeks saham high dividen atau bahkan sektor keuangan. Saham perbankan seperti saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang sudah terkoreksi dalam setahun terakhir dan biasanya memberikan dividen dengan payout besar sampai lebih dari 80 persen bisa dilirik.

Namun selain saham BBRI di sektor perbankan, Nur juga mencermati saham di sektor asuransi umum. Salah satu saham yang menjadi cermatan dari Nur adalah saham PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance/TUGU) yang merupakan emiten anak Pertamina.

“Saham TUGU saat ini valuasi masih rendah. Di kisaran harga Rp 1.000, rasio PBV di bawah 0,5x, tetapi konsensus beberapa analis sejak tahun lalu terlihat tidak ada yang mengubah atau menurunkan rekomendasi beli, rata-rata target harga saham TUGU yang disematkan oleh analis masih berada di area Rp 2,000," ujarnya menjelaskan.

"Konsisten bagi dividen dengan payout 40 persen. Kalau laba bersih TUGU setidaknya bisa tembus Rp 700 miliar di 2024 dan payout sama dengan historis 40 persen maka dividen yield bisa menarik sampai delapan persen. Di atas peers dan sektor,” kata dia memaparkan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement