Jumat 24 Jan 2025 21:52 WIB

Kuliah Sambil Kerja, tak Secape yang Dipikirkan, Rahmayani Bukti Nyatanya

Rahmayani lulus dengan predikat cumlaude, dengan IPK 3,75/

Wisudawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) ini berhasil menyelesaikan kuliah dengan predikat cumlaude, membukukan IPK 3.75, sambil bekerja sebagai barista.
Foto: Universitas Bina Sarana Informatika
Wisudawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) ini berhasil menyelesaikan kuliah dengan predikat cumlaude, membukukan IPK 3.75, sambil bekerja sebagai barista.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjalanan Rahmayani Sihombing menuju gelar sarjana tak hanya menjadi cerita perjuangan, tapi juga inspirasi. Wisudawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) ini berhasil menyelesaikan kuliah dengan predikat cumlaude, membukukan IPK 3.75, sambil bekerja sebagai barista.

“Awalnya sangat berat membagi waktu antara kuliah dan kerja. Tapi keadaan memaksa saya untuk bisa membiayai kuliah sendiri,” ujar Rahmayani, dalam siaran pers, Jumat (24/1/2025).

Baca Juga

Kuliah sambil kerja, tak “secape” yang dipikirkan, ungkapnya, asalkan ada niat yang kuat dan manajemen waktu yang baik. Anak kedua dari empat bersaudara ini tumbuh dalam keluarga sederhana.

Ayahnya bekerja sebagai buruh tani yang harus memenuhi kebutuhan enam anggota keluarga. Melihat keterbatasan ekonomi, Rahmayani memutuskan bekerja sejak semester pertama.

“Shift saya mulai dari pukul 06.00 sampai 16.00 WIB. Sepulang kuliah, saya gunakan waktu untuk mengerjakan tugas hingga dini hari,” kenangnya.

Kondisi tersebut tidak membuatnya gentar. Di tengah jadwal yang padat, ia tetap aktif di kelas dan konsisten menyelesaikan tugas. Kunci keberhasilannya terletak pada manajemen waktu dan komitmen kuat.

“Saya selalu mencatat deadline tugas dan ujian agar tidak ada yang terlewat,” katanya.

Pesan yang ia sampaikan kepada mahasiswa yang menjalani situasi serupa sederhana namun dalam: “Jangan jadikan keterbatasan sebagai alasan untuk menyerah. Selama ada kemauan, pasti ada jalan.”

Kini, Rahmayani bekerja di Lucky Mom Indonesia. Dengan penghasilan yang stabil, ia mulai membantu kedua orang tuanya dan mendukung pendidikan adiknya ke jenjang lebih tinggi. “Kebahagiaan saya adalah melihat keluarga bisa hidup lebih baik. Perjuangan ini tidak sia-sia,” tutupnya.

Cerita Rahmayani adalah bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih impian, asalkan ada niat yang kuat dan usaha yang konsisten.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement