Kamis 30 Jan 2025 20:05 WIB

Kementan Ungkap, Kasus PMK Melonjak di Akhir 2024 karena Terlambat Vaksin

Kasus PMK di Indonesia sempat melonjak di akhir 2024

Rep: Ferry Bangkit Rizki / Red: Arie Lukihardianti
Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI drh Imron Suandy
Foto: Ferry Bangkit
Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI drh Imron Suandy

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT--Kementerian Pertanian (Kementan) RI mengungkap penyebab tingginya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di akhir tahun 2024. Faktor cuaca dan terlambatnya pemberian vaksin terhadap hewan ternak disebut jadi pemicunya.

Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI drh Imron Suandy mengatakan, kondisi musim hujan bisa menyebabkan kekebalan tubuh hewan ternak menurun hingga mudah terpapar virus.

Baca Juga

"Di semua negara yang memang endemik PMK. Siklus musiman ini selalu terjadi memasuki musim hujan, kondisi lembab daya tahan tubuh menurun jadi ini meningkat. Memang kita harus sadari ada perlambatan vaksinasi 2024. Ini yang kita evaluasi," ujar Imron di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (30/1/2025).

Imron mengakui, kasus PMK di Indonesia sempat melonjak di akhir tahun, namun saat ini mulai terkendali. Pihaknya mencatat tren lonjakan kasus PMK terjadi sejak awal Desember 2024 hingga awal Januari 2025. Dalam kurun waktu itu, ada 29.000 ekor ternak di seluruh Indonesia terpapar wabah PMK. Laporan kasus paling signifikan terjadi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Kalau trendnya hampir dua Minggu terakhir sudah melandai sebenarnya menurun sudah dikendalikan," katanya.

Selain Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY, Kementan memang menerima laporan dari 18 Provinsi seluruh Indonesia, termasuk Jawa Barat. Namun, kasus di daerah tersebut tak terlalu signifikan sehingga bisa ditangani dengan cepat.

"Untuk Jawa Barat sebetulnya relatif terkendali dan wilayah lain. Untuk kasus ada dilaporkan, total itu ada 18 provinsi yang melaporkan cuman sedikit. Kondisi saat ini trendnya sudah terkendali. Cuma kita tak mau berhenti di sini, vaksinasi ini kita upayakan sampai kekebalan komunal terwujud," jelasnya.

Kementan bertekad mendorong wabah PMK dari status Pandemik menjadi endemik. Sehingga perlu penyusunan pola kebiasaan baru agar semua pihak siaga menghadapi. Salah satunya vaksinasi rutin agar tercipta kekebalan kelompok. "Yang terpenting sebetulnya kedepannya kita akan seperti apa. Tentu kita berharap PMK ini bisa kita berantas. Ini butuh konsistensi kerja keras. Kerjasama seluruh pihak terkait. Kita akan biasakan PMK ini menjadi kultur baru, seperti Covid-19. Tapi ini perlu gotong royong serentak dan konsisten semua pihak," papar Imron.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement