Rabu 05 Feb 2025 06:54 WIB

Rupiah Menguat ke Rp 16.300, Ini Faktor Penyebabnya

Rupiah menguat 97 poin atau 0,59 persen menuju level Rp 16.351 per dolar AS.

Rep: Eva Rianti / Red: Gita Amanda
Rupiah menguat 97 poin atau 0,59 persen menuju level Rp 16.351 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (4/2/2025).  (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Rupiah menguat 97 poin atau 0,59 persen menuju level Rp 16.351 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (4/2/2025). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar mata uang rupiah berbalik mengalami penguatan pada perdagangan Selasa (4/2/2025), setelah pada perdagangan sebelumnya hampir menyentuh level Rp 16.500 per dolar AS. 

Mengutip Bloomberg, rupiah menguat 97 poin atau 0,59 persen menuju level Rp 16.351 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (4/2/2025). Rupiah berada di level Rp 16.448 per dolar AS pada perdagangan Senin (3/2/2025), terdampak eskalasi perang dagang.

Baca Juga

“Presiden AS Donald Trump menunda rencana untuk mengenakan tarif perdagangan terhadap Kanada dan Meksiko. Namun, kenaikan mata uang regional terbatas, mengingat tarif 10 persen Trump terhadap Tiongkok masih akan berlaku di kemudian hari,” kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Selasa (4/2/2025) lalu. 

Ibrahim mengatakan, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum senada mengatakan mereka telah sepakat untuk memperkuat upaya penegakan hukum perbatasan sebagai tanggapan atas tuntutan Trump untuk menindak tegas imigrasi dan penyelundupan narkoba. 

“Itu akan menghentikan sementara tarif sebesar 25 persen selama 30 hari, dengan tarif 10 persen untuk impor energi dari Kanada, yang telah ditetapkan untuk mulai berlaku pada Selasa. Sementara penundaan tarif untuk Meksiko dan Kanada telah memberi ruang bagi sentimen risiko untuk membaik dan berkontribusi pada pelemahan dolar AS,” jelasnya. 

Trump diketahui berencana untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping secepatnya pada minggu ini. Gedung Putih mengatakan, karena bea masuk 10 persen untuk semua barang Tiongkok akan mulai berlaku pada Selasa.

Ibrahim melanjutkan, penguatan emerging market seperti rupiah juga dipengaruhi ekspektasi kebijakan suku bunga The Federal Reserve. Ia menyebut, ada kekhawatiran terus-menerus atas suku bunga AS yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, terutama setelah data inflasi indeks harga PCE yang kuat dari minggu lalu.

“Federal Reserve telah mengisyaratkan bahwa inflasi yang kuat akan mengurangi dorongan untuk terus memangkas suku bunga. Pejabat Fed juga menandai keengganan untuk melonggarkan kebijakan di tengah ketidakpastian atas kebijakan Trump,” kata Ibrahim. 

Sentimen Dalam Negeri 

Sementara itu, faktor yang memengaruhi penguatan Mata Uang Rupiah dari dalam negeri di antaranya karena data purchasing manager’s index (PMI) yang positif.

Data PMI Manufaktur Indonesia awal 2025 tercatat kembali mencatatkan kinerja solid dengan ekspansi di level 51,9, meningkat 1,37 persen dari Desember 2024 di level 51,2. Kenaikan produksi dan permintaan baru baik dari pasar domestik maupun mancanegara mendorong peningkatan ini.

“Kenaikan PMI manufaktur ini menjadi sinyal positif mengawali tahun 2025 ini. Momentum ini akan terus dijaga, Pemerintah berkomitmen menjaga kinerja sektor riil serta mendukung kebijakan yang pro terhadap pertumbuhan industri,” ujar Ibrahim.

Perkembangan sektor manufaktur pada Januari 2025 disebut mencerminkan ekspansi aktivitas konsumsi dan dunia usaha yang konsisten sejak akhir tahun lalu. Pada Desember 2025, indeks penjualan riil (IPR) meningkat 1,0 persen secara tahunan (November: 0,9 persen) dan indikator konsumsi yaitu indeks keyakinan konsumen (IKK) yang dirilis Bank Indonesia ekspansif di level 127,7 (November: 125,9). 

Sementara itu, inflasi pada Januari 2025 tercatat turun menjadi 0,76 persen (yoy) (Desember 2024: 1,57 persen). Secara bulan ke bulan, terjadi deflasi sebesar 0,76 persen (mtm), terutama didorong oleh program diskon tarif listrik di tengah kenaikan harga beberapa komoditas pangan akibat musim hujan.

Pemerintah diketahui menyatakan terus berupaya menjaga inflasi tetap terkendali guna mendukung terjaganya daya beli masyarakat, terutama menjamin akses pangan. Pemerintah berkomitmen untuk menjaga inflasi pada interval sasaran dengan dukungan koordinasi pusat dan daerah melalui TPIP dan TPID.

“Diperkirakan untuk perdagangan besok (Rabu, 5 Februari 2025) mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp 16.300-Rp 16.360 per dolar AS,” kata Ibrahim. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement