REPUBLIKA.CO.ID, ACEH BESAR — Komunitas Inisiatif Konservasi Hutan Wakaf melaksanakan Akademi Etika Lingkungan (AEL) di Buket Radar, Aceh Besar pada Ahad (16/2/2025).Program uji coba ini akan berlangsung selama satu tahun. AEL melakukan pendekatan pendidikan eksperiensial yang mengutamakan pendidikan di hutan atau luar ruangan.
Pendiri Komunitas Inisatif Konservasi Hutan Wakaf Afrizal Akmal mengungkapkan, AEL merupakan proses belajar jangka panjang dengan sesi rutin dua jam atau lebih setiap dua kali dalam sebulan. Idealnya proses ini berlangsung setidaknya selama satu tahun.
AEL berupaya untuk membantu siswa memaksimalkan pengalaman mereka, mempelajari keterampilan baru, dan memungkinkan mereka mengatasi tantangan, membangun keterampilan, pengaturan diri, refleksi diri, dan memiliki waktu untuk memecahkan masalah di alam. Siswa juga diharapkan menerapkan keterampilan pengalaman yang dipelajari, berikut solusinya pada situasi dan lingkungan baru.
AEL meyakini bahwa resiko dan kerentanan adalah kunci perubahan perkembangan, dan berupaya menyeimbangkan risiko dan manfaat bagi setiap siswa dan setiap aktivitas. Lewat AEL, siswa akan mendapatkan tantangan atau risiko yang membantu membangun ketahanan dan kepercayaan diri, terutama ketika risiko dan tantangan dieksplorasi melalui perminan.
"Di Akademi ini, kami memahami bahwa risiko jauh melampaui banyak hal fisik dan mendorong siswa untuk menghadapi risiko yang lebih dinamis dan kompleks selama sesi berlangsung, termasuk risiko sosial dan risiko emosional,"ujar Afrizal.
Lihat postingan ini di Instagram
"Ada risiko dalam segala hal yang kita lakukan, dan setiap siswa akan menghadapi risiko itu secara berbeda. Akademi Etika Lingkungan - AEL mendukung hal ini, bahwa hidup adalah hal yang beresiko, akademi ini adalah proses pengembangan yang lebih fokus lagi pada "Etika", terutama etika terhadap lingkungan, mengamati bagaimana penciptaan manfaat holistik bagi siswa,"ungkap dia.
Afrizal menjelaskan, pendekatan holistik ini mencakup inspirasi pengembangan di berbagai tingkatan. Termasuk pengembangan fisik, emosional, sosial, spiritual, dan intelektual.
Proses belajar berlansung di lingkungan alami diantara pepohonan. Menurut Afrizal, ruang-ruang ini seringkali lebih menenangkan dibandingkan ruang kelas pada umumnya, dan berubah secara dinamis pada setiap kunjungan dan bahkan tergantung pada cuaca.
Hal ini mendorong siswa untuk mengikuti jalur eksplorasi dan keingintahuan, serta menciptakan inspirasi yang relevan dan terkini untuk belajar. Ia juga menimbulkan hubungan dari dunia luar ke dunia emosional internal siswa. Memicu perasaan dan pikiran yang dapat dieksplorasi dalam lingkungan yang mendukung.
Akademi ini meletakkan pendekatan proses yang berpusat pada siswa dan tidak seperti pendidikan berbasis kurikulum konvensional. Kebutuhan siswa merupakan kekuatan pendorong di balik etos para inisiator. Ini tentang bagaimana menginspirasi penyerapan pengetahuan di saat yang tepat, sehingga sesuai dengan konteks siswa tersebut dan membangun kepercayaan diri, pembelajaran dan pengembangan yang diarahkan sendiri, serta pengaturan diri.