Senin 17 Feb 2025 19:24 WIB

Pengguna ChatGPT Keluhkan Hilangnya Fungsi Edit, Ada Pembaruan atau Sengaja Dihilangkan?

Pengguna mengeluhkan hilangnya fitur untuk mengedit pesan di ChatGPT.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif ChatGPT. Sejumlah pengguna ChatGPT mengeluhkan hilangnya fitur edit yang sebelumnya memungkinkan mereka mengubah pesan setelah dikirim.
Foto: VOA
Teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif ChatGPT. Sejumlah pengguna ChatGPT mengeluhkan hilangnya fitur edit yang sebelumnya memungkinkan mereka mengubah pesan setelah dikirim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejumlah pengguna ChatGPT mengeluhkan hilangnya fitur edit yang sebelumnya memungkinkan mereka mengubah pesan setelah dikirim. Perubahan ini mulai terjadi pada 15 Februari dan tanpa pemberitahuan sebelumnya, memicu spekulasi apakah ini bagian dari uji coba A/B atau justru kesalahan sistem yang tidak disengaja.

Beberapa pengguna melaporkan bahwa alih-alih bisa mengedit pesan, sistem kini hanya memungkinkan mereka mengirim ulang pesan baru, sehingga mereka harus menulis dari awal. Meski masih berfungsi di perangkat seluler, pengguna mencatat bahwa fitur itu tetap memiliki keterbatasan, seperti tidak mengembalikan pesan ke versi sebelumnya.

Baca Juga

“Saya tidak yakin apakah ini hanya dialami oleh saya, tapi saya tidak bisa mengedit pesan yang saya kirim ke ChatGPT. Ini benar-benar membuat frustrasi,” kata seorang warganet dengan akun @tjer** dalam cicitannya di X, seperti dilansir laman Mathrubumi, Senin (17/2/2025).

Sebagian pengguna juga khawatir tiadanya fiturnya edit ini menjadi langkah menuju monetisasi, dengan kemungkinan fitur ini menjadi bagian dari opsi berbayar. Selain itu, hilangnya tombol edit dan repeat dianggap mengganggu alur kerja karena mengharuskan pengguna mengirim pesan secara utuh.

Meski telah banyak pengguna yang meluapkan keluhannya di laman komunitas OpenAI dan media sosial, OpenAI selaku pengembang ChatGPT tampaknya belum memberikan pernyataan resmi apapun. Para pengguna pun berharap perusahaan teknologi itu bisa segera menanggapi keluhan dan memulihkan layanan.

Sementara itu, pada Jumat lalu, OpenAI resmi menolak tawaran senilai 97,4 miliar dolar AS dari konsorsium yang dipimpin oleh Elon Musk untuk mengakuisisi perusahaan tersebut. OpenAI menegaskan bahwa mereka tidak dijual dan menyebut tawaran itu sebagai upaya yang tidak tulus.

Tawaran tersebut merupakan upaya terbaru Musk untuk mencegah perusahaan rintisan yang dipimpin Sam Altman menjadi entitas yang berorientasi keuntungan. OpenAI saat ini sedang mencari lebih banyak modal guna tetap unggul dalam kontestasi kecerdasan buatan (AI).

“OpenAI tidak untuk dijual, dan dewan redaksi secara bulat menolak upaya terbaru dari Elon Musk untuk mengganggu persaingan. Setiap potensi reorganisasi OpenAI hanya akan memperkuat misi nirlaba kami untuk memastikan AGI (Artificial General Intelligence) bermanfaat bagi seluruh umat manusia,” kata Ketua Dewan OpenAI, Bret Taylor, seperti dilansir Reuters.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement