Selasa 18 Feb 2025 16:21 WIB

Rupiah Melemah Seiring Ketidakpastian Berkelanjutan Rencana Tarif AS

Uni Eropa sedang mempertimbangkan kontrol impor pada barang-barang AS tertentu.

Ilustrasi uang dolar AS. Nilai tukar rupiah melemah pada perdagangan Selasa (18/2/2025).
Foto: Freepik
Ilustrasi uang dolar AS. Nilai tukar rupiah melemah pada perdagangan Selasa (18/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat mata uang Ibrahim Assuabi menyatakan pelemahan rupiah dipengaruhi ketidakpastian yang berkelanjutan atas rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait kebijakan tarif perdagangan AS. Nilai tukar rupiah (kurs) pada pembukaan perdagangan hari Selasa (18/2/2025) di Jakarta melemah hingga 50 poin atau 0,13 persen menjadi Rp 16.278 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp 16.228 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini turut melemah ke level Rp 16.275 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.208 per dolar AS.

Baca Juga

"Ketidakpastian yang berkelanjutan atas rencana Trump untuk tarif perdagangan, bahkan ketika Presiden AS mengisyaratkan bahwa tarif timbal baliknya pada mitra dagang AS baru akan dikenakan pada bulan April," ucapnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Di samping itu, dilaporkan bahwa Uni Eropa sedang mempertimbangkan kontrol impor pada barang-barang AS tertentu. Langkah ini dinilai sebagai dapat menandai peningkatan ketegangan perdagangan dengan AS.

Pada pekan lalu, Trump disebut telah mengenakan tarif 25 persen terhadap semua impor baja dan aluminium yang berkonsekuensi terhadap peningkatan kekhawatiran atas tindakan balasan dari negara lain.

Seiring dengan faktor tersebut, pasar waspada terhadap suku bunga AS yang tetap tinggi untuk waktu lebih lama.

"Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan pada hari Selasa bahwa meskipun ia tidak melihat tarif Trump menyebabkan lonjakan besar dalam inflasi, ia masih mendukung untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil untuk waktu yang lebih lama. Komentar Waller muncul setelah data minggu lalu menunjukkan inflasi AS tumbuh lebih dari yang diharapkan pada bulan Januari," ungkap dia.

Investor pada pekan ini dinyatakan bakal fokus rilis rapat Federal Reserve (The Fed) bulan Januari 2025 untuk mengukur bagaimana para pembuat kebijakan telah berupaya mempertimbangkan risiko perang tarif yang lebih luas menyusul kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump.

"Data minggu lalu menunjukkan (indeks) harga konsumen AS meningkat pada laju tercepat dalam hampir 18 bulan pada bulan Januari, memperkuat pesan Fed bahwa mereka tidak terburu-buru untuk melanjutkan pemotongan suku bunga di tengah meningkatnya kekhawatiran ekonomi," ujar Ibrahim.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement