Selasa 25 Feb 2025 21:24 WIB

Kenali Letak Ridha dan Murka Allah

Tiap Muslim menginginkan ridha Allah, baik di dunia maupun akhirat.

Kaligrafi lafaz Allah
Foto: dok wiki
Kaligrafi lafaz Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Muslim mendambakan keridhaan Tuhan, baik di dunia maupun akhirat. Dengan ridha Allah SWT, seseorang akan mudah mengerjakan berbagai hal yang diperintahkan-Nya.

Musibah atau bencana yang melandanya pun dapat dihadapi dengan penuh kesabaran. Seorang Mukmin akan merasa tenang dan lapang. Sebab, ia memiliki keyakinan terhadap janji dan datangnya rahmat Allah Ta’ala. Tentunya, siapapun tidak menginginkan kemurkaan Allah Ta’ala. Neraka merupakan tempat kembalinya orang-orang yang dimurkai-Nya. Di dunia pun, mereka boleh jadi merasakan kemalangan, baik yang berupa azab maupun istidraj.

Baca Juga

Keluasan rahmat

Sungguh beruntung orang yang mendapatkan ampunan dan ridha Allah SWT. Kecintaan Allah berarti kehendak baik. Bila Allah SWT mencintai hamba-Nya, Dia akan menjadikan hamba tersebut sibuk dengan zikir dan melakukan ketaatan kepada-Nya. Orang itu akan dilindungi dari godaan setan. Hidupnya tidak larut dalam kelalaian atau perkara yang sia-sia.

“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya” (QS al-Qashash: 55).

Rahmat Allah sangat luas. Bahkan, kasih sayang-Nya mengalahkan murka-Nya. Allah Mahapengampun dan Mahapenerima tobat.

Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas 'Arsy, ‘Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku’” (HR Bukhari-Muslim).

Golongan waliyullah

Keridhaan Allah menaungi para waliyullah, yakni hamba-hamba yang dipilih-Nya. Murka-Nya pun ditujukan kepada musuh mereka.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Nabi Muhamad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, ‘Barangsiapa memusuhi seorang wali-Ku, maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada (melaksanakan) apa yang telah Aku wajibkan terhadapnya. Dan hamba-Ku masih saja mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan nafilah sehingga Aku mencintai-Nya.

Jika Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang dia pakai untuk mendengar, matanya yang dia pakai untuk melihat, tangannya yang dia pakai memegang, dan kakinya yang dia pakai untuk berjalan.

Bila ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya, dan bila ia memohon perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku memberinya perlindungan’” (HR Bukhari).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement