Jumat 28 Feb 2025 22:00 WIB

Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah Ulas Kisah Nyata WNI Terjebak Konflik

Buku ini mengulas fenomena "keterlibatan" WNI dalam konflik Suriah.

Rep: Mgrol156/ Red: Qommarria Rostanti
Peluncuran buku  Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah pada Kamis (27/2/2025).
Foto: Dok. Mgrol156
Peluncuran buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah pada Kamis (27/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ruangobrol.id meluncurkan buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah, sebuah karya yang menggali kisah nyata warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak dalam konflik di Suriah. Buku ini hendak memberikan perspektif mendalam mengenai perjalanan, tantangan, dan upaya deradikalisasi yang mereka alami.

Acara peluncuran buku ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk penulis, akademisi, dan pemerhati isu terorisme, serta media. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Eddy Hartono mengapresiasi buku tersebut.

Baca Juga

"Buku ini menjadi dampak yang positif terhadap edukasi dan literasi oleh masyarakat, tentang bagaimana bahayanya orang sampai terpapar paham radikalisme," ujarnya saat peluncuran buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah pada Kamis (27/2/2025).

Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah yang ditulis oleh Dr Noor Huda Ismail mengkaji fenomena "keterlibatan" WNI dalam konflik Suriah melalui pendekatan naratif dan analitis yang mendalam. Buku ini menggunakan kerangka 3N (needs, networks, narrative) dan identity fusion untuk memahami proses radikalisasi dan motivasi WNI bergabung dengan kelompok seperti ISIS dan JI.

Melalui kisah utama Ramdan dan anaknya Raffa, serta beragam tokoh lainnya, buku ini mengungkap kompleksitas motivasi personal hingga ideologis yang mendorong WNI terlibat dalam konflik Suriah. Fenomena "bedol desa" dari Lamongan dan kisah para deportan menunjukkan beragamnya alasan keterlibatan, dari dorongan ideologis hingga ekonomi dan personal.

Dr Noor mengatakan, pada saat ini ratusan WNI masih tertahan di kamp-kamp pengungsian di Suriah. Mereka kemungkinan akan kembali ke Tanah Air melalui repatriasi pemerintah atau upaya mandiri. Dia juga merefleksikan pengalaman pribadinya dalam upaya memulangkan 18 WNI dari Suriah pada Agustus 2017.

Proses tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan dan harapan tetap menjadi esensi dalam setiap langkah yang diambil. Buku ini tidak hanya membahas isu radikalisasi, tetapi juga menggali pemahaman tentang manusia, konflik, dan harapan akan masa depan yang lebih cerah.

Dengan pengalamannya dalam merancang narasi alternatif terhadap propaganda kelompok ekstremisme kekerasan, Dr Noor Huda Ismail menghadirkan sudut pandang yang mendalam mengenai kompleksitas permasalahan ini. Buku ini tidak sekadar menyampaikan kisah kemanusiaan yang menyentuh, tetapi juga mengeksplorasi dinamika konflik dengan penuh empati, sekaligus menawarkan optimisme bagi terciptanya masa depan yang lebih baik.

Selain peluncuran buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah, Ruangobrol.id juga menggelar pemutaran film dokumenter Road to Resilience. Film ini mengangkat kisah kegelisahan Febri Ramdani, seorang pemuda berusia 22 tahun yang pada 2016 merasa kesepian di Indonesia. Ia memutuskan untuk menyusul ibunya ke Suriah dengan harapan menemukan kehidupan yang lebih baik. Namun, ia justru terjebak dalam  ISIS.

Setelah berbulan-bulan mencari cara untuk melarikan diri, Febri dan 16 anggota keluarganya akhirnya berhasil direpatriasi oleh pemerintah Indonesia pada Agustus 2017. Meskipun telah kembali ke Tanah Air dan menjalani proses rehabilitasi, tantangan baru muncul dalam perjalanan reintegrasi mereka. Febri dan keluarganya harus menghadapi stigma sosial, kesulitan ekonomi, pencarian identitas, serta pergulatan batin yang membuat Febri sempat mengalami depresi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement