Sabtu 01 Mar 2025 18:50 WIB

Begini Suasana Ramadhan Warga Palestina di Gaza Tahun Ini

Sebagian orang mengatakan Ramadhan saat ini terasa lebih baik dibandingkan tahun lalu

Warga Palestina menggantungkan dekorasi di samping rumah mereka yang hancur sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadan di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Jumat, 28 Februari 2025.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Warga Palestina menggantungkan dekorasi di samping rumah mereka yang hancur sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadan di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Jumat, 28 Februari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama bulan suci Ramadhan, yang dimulai akhir pekan ini, umat Muslim yang taat di seluruh dunia tidak makan dan minum dari matahari terbit hingga terbenam. Bulan ini dikenal dengan meningkatnya doa, amal, dan spiritualitas serta pertemuan yang berpusat pada makan berbagai makanan dan hidangan penutup pada malam hari.

Di wilayah utara Gaza yang rusak parah, video Associated Press menunjukkan pasar jalanan yang ramai di Kota Gaza yang menawarkan bahan-bahan penting untuk makanan Ramadhan dan berbuka puasa. Di sana dijual zaitun, acar, rempah-rempah, kurma, dan buah kering. Satu kios memajang sayuran segar, sementara kios di dekatnya menjual dekorasi Ramadhan yang meriah.

Baca Juga

Saeed al-Bitar meletakkan barang dagangannya di atas meja, yakni lentera mainan plastik. Ia mengatakan kepada AP bahwa pembeli tahun ini jauh lebih sedikit dan daya beli mereka tidak sama.

Biasanya pada hari sebelum Ramadhan, pasar sangat ramai sehingga ia tidak punya waktu untuk berhenti dan mengobrol dengan orang-orang. "Hari ini kondisinya sulit dan semuanya telah berubah total," ujar Saeed kepada AP.

Kembali ke rumah untuk merayakan Ramadhan, tetapi banyak warga Gaza hidup di antara reruntuhan. Hampir 600 ribu warga Palestina telah membanjiri kembali Gaza utara yang hancur selama gencatan senjata.

Sebagian orang mengatakan bulan suci Ramadhan saat ini terasa lebih baik daripada tahun lalu, ketika banyak orang mengungsi ke kamp tenda kumuh dan menghadapi kematian setiap hari akibat pemboman Israel. Namun, tetap saja suasanya masih terasa jauh dari normal.

"Kebanyakan orang sangat lelah," kata penduduk Kota Gaza Nasser Shoueikh kepada AP. "Rumah mereka telah hancur. Sebagian orang tidak mampu berbelanja untuk Ramadhan, tetapi iman kami kepada Tuhan sangat besar karena Dia tidak pernah lupa memberkahi orang-orang."

Gencatan senjata yang memungkinkan kembali ke rumah menambah sedikit kegembiraan pada bulan suci, kata seorang wanita, Amal Abu Sariyah. "Kami dalam peperangan pada Ramadhan lalu."

Di Khan Younis, Gaza Selatan, sekolompok warga sahur bersama-sama di dekat rumah mereka yang hancur. Makanan tersaji di atas meja kecil yang tersusun memanjang. Orang-orang berhadap-hadapan menyantap makanan di luar rumah yang dihiasi lampu dan dekorasi Ramadhan lainnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement