Selasa 04 Mar 2025 14:43 WIB

Stok Beras di Yogya Melimpah Hingga Setelah Lebaran, Masyarakat tak Perlu Panic Buying

Stok cadangan beras Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta juga belum digunakan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Karta Raharja Ucu
Petani memanen tanaman padi secara tradisional di persawahan kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, Selasa (5/12/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani Indonesia sejak 2013 terus mengalami penurunan. Dari 31 juta petani pada 2013 hingga saat ini 29,3 juta petani, bahkan kondisinya didominasi oleh petani usia tua.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani memanen tanaman padi secara tradisional di persawahan kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, Selasa (5/12/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani Indonesia sejak 2013 terus mengalami penurunan. Dari 31 juta petani pada 2013 hingga saat ini 29,3 juta petani, bahkan kondisinya didominasi oleh petani usia tua.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masyarakat Kota Yogyakarta diminta tidak khawatir dan panic buying soal kebutuhan pokok. Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Yogyakarta menjamin ketersediaan beras masih sangat mencukupi untuk kebutuhan masyarakat, bahkan hingga tiga bulan ke depan setelah Idul Fitri.

Kepala DPP Kota Yogyakarta, Sukidi mengatakan, saat ini ketersediaan besar mencapai 4.400 ton. Sedangkan, kebutuhan beras di Kota Yogyakarta hanya sekitar 1.540 ton per bulan.

“Normalnya kebutuhan beras itu 1.540 ton per bulan. Kalau stok beras kita aman ya sampai tiga bulan ke depan, ada sekitar 1.400-1.500 ton,” kata Sukidi dalam keterangannya di Yogyakarta, Senin (3/3/3035).

Bahkan, stok cadangan beras Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta juga belum digunakan. Saat ini Pemkot Yogyakarta memiliki cadangan besar sebanyak 65,5 ton.

“Stok beras kita cukup, aman sampai tiga bulan ke depan termasuk selama Ramadhan dan Idul Fitri nanti,” ucap Sukidi.

Untuk itu, masyarakat diminta tidak panic buying mengingat stok beras yang masih mencukupi. Jika panic buying terjadi, katanya, akan memicu terjadinya inflasi.

“Kami juga lakukan pengawasan pangan seminggu 2-3 kali ke pasar rakyat dan modern. Jelang hari besar keagamaan nasional (dilakukan pengawasan) seminggu 2-3 kali untuk memantau ketersediaan, harga dan keamanan pangan,” jelasnya.

Dijelaskan, luas lahan di Kota Yogya hanya sekitar 32,07 hektar. Jika ditanami padi, maka hanya mampu menghasilkan enam ton beras per hektar.

“Dengan kapasitas produktivitas lima sampai enam ton gabah kering panen per hektar, kalau jadi beras sekitar 85 persen, dikalikan 32,07 hektar kira-kira habis dikonsumsi dalam empat hari,” ungkap Sukidi.

Meski begitu, sampai saat ini Kota Yogyakarta belum pernah mengalami kekurangan stok beras. Sebab, tiap bulannya selalu didatangkan stok beras dari daerah-daerah penyangga.

“Kami kerja sama dengan daerah penyangga seperti Sleman, Bantul, Kulon Progo, kemudian Delanggu Klaten, Sukoharjo, Purworejo dan Blitar dengan jenis beras kualitas medium,” katanya.

Silvy Dian Setiawan

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement