REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), membagikan resep bagaimana Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi pada awal masa pemerintahannya. Keterpurukan ekonomi terjadi akibat krisis multidimensial pada 1998.
"Saat saya masuk tahun 2004, pertumbuhan ekonomi hanya 4 persen. Dalam setahun, kami berhasil menaikkannya menjadi 5,1 persen dan itu terjaga selama 10 tahun," ucapnya dalam siaran pers KBRI Tokyo diterima di Jakarta, Ahad (9/3/2025).
SBY mengatakan, kondisi terpuruknya ekonomi dikarenakan investasi yang rendah yang diakibatkan dari tidak adanya stabilitas sosial maupun ekonomi. Dia mengakui, pada awal pemerintahannya, iklim investasi di Indonesia sangat jelek.
"Situasi kita waktu itu tidak ada keamanan, tidak ada stabilitas sosial, iklim investasi buruk, tidak ada kepastian hukum, kurangnya infrastruktur. Investment climate was so poor (iklim investasi sangat buruk). Siapa mau investasi di Indonesia? Yang ada capital outflow, rupiah terguncang," ujar SBY.
Untuk membangkitkan kembali Indonesia dari keterpurukan ekonomi, SBY menerapkan, empat kunci utama. Di antaranya, meningkatkan konsumsi rumah tangga, meningkatkan belanja pemerintah, memastikan ekspor terus mengalir, dan investasi. "Termasuk hilirisasi dan industrialisasi yang harus berhasil," ucap SBY.
Ketika ditanya mengenai ekonomi saat ini, SBY optimistis, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dapat menghadapi tantangan yang ada. "Saya yakin pemerintah ini bisa, Presiden Prabowo bisa. Masih ada sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya politik maupun ekonomi, untuk mengatasi situasi dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi kita," katanya.