Selasa 11 Mar 2025 11:50 WIB

Lorentz Ikut Ritual Dayak Sentuh Telur Sebelum ke Puncak Carstensz, untuk Apa?

Ekspedisi Puncak Carstensz pada tahun 1909 melibatkan belasan orang Dayak.

Rep: oohya! I demi Indonesia/ Red: Partner
.
Foto: network /oohya! I demi Indonesia
.

Gambar Puncak Carstensz Papua. Pada 1909, sebelum mendaki Puncak Carstensz, Hendrik Albert Lorentz dan tim melakukan ritual Dayak menyentuh telur-telur. Belasan orang Dayak menyertai ekspedisi ini. Sumber: algemeen dagblad (1992)

Tanggal 1 September 1909 tiba di muara sungai utara, tapi baru pada 4 Oktober 1909 tim ekspedisi yang dipimpin Hendrik Albert Lorentz itu tiba di kamp Alkmaar di kaki Gunung Hellwig. Orang-orang Dayak berjasa mendayung dari muara ke hulu membawa mereka.

Perjalanan darat dari Alkmaar ke Puncak Carstensz yang akan menjadi perjuangan sesungguhnya bagi para pendaki anggota ekspedisi. Dari Alkmaar, para pendaki harus melintasi jurang-jurang dan punggung Gunung Hellwig.

Sebelum melakukan perjalanan, Hendrik Albert Lorentz dan anggota tim Ekspedisi Pegunungan Salju Nugini melakukan ritual Dayak. Yaitu menyentuh telur-telur dengan tangan mereka, lalu telur-telur itu dipendam di tanah.

Saat itu, mereka menyebut pegunungan bersalju itu sebagai Pegunungan Salju Nugini. Itu karena puncaknya belum disebut sebagai Puncak Carstensz.

Puncak Carstensz adalah gunung batu yang diselimuti salju abadi. “Kabut, awan, dan hujan menciptakan suasana suram. Masyarakat Dani menghindari pegunungan,” tulis Algemeen Handelsblad edisi 21 Mei 1910.

Suku Dani percaya, para dewa tinggal di gunung, tapi di gunung pula sumber kejahatan. Mereka tidak memandang orang-oang kulit putih anggota tim ekspedisi sebagai ancaman.

Itu pula yang terjadi pada 1992, ketika tim pendaki datang untuk mendaki Puncak Carstensz. Sepuluh orang Limburg, termasuk dua wanita, mendaki Puncak Carstensz. Mereka adalah Henk Beyer (35), Noes Burnaby Lautier (40), Jeff Christophe (44), Robert Eckhardt (42), Toon Hezemans (29), Cees Janmaat (30), Gerdie Smeets (45), Jos Smeets (46), Francois Verhoeven (26) dan Harry Zwerus (45).

“Orang-orang Papua di kawasan Carstensz, yang hingga saat ini hidup di Zaman Batu dan masih berjalan dengan mengenakan rok rumput dan koteka, tidak memandang para pendaki gunung kulit putih yang datang ke gunung mereka sebagai penyusup,” tulis Algemeen Dagblad edisi 11 Juli 1992.

Upaya membuktikan kebenaran informasi yang disampaikan Jan Carstensz hampir tiga abad sebelumnya sudah dilakukan sejak 1903. Saaat itu, ekspedisi dipimpin oleh Profesor Wichmann dan Lorentz menjadi anggota tim ekspedisi.

Wichmann bersama timnya menjelajahi Danau Sentani dan wilayah lain di wilayah utara dan barat. Lalu ke selatan. Mereka menjadi perintis untuk jalur perjalanan menuju Puncak Carstensz.

Pada 1904-1905 juga dilakukan ekspedisi yang dipimpin oleh Letnan Posthumus Meijes dan Kapten Rochemont. Saat itu tim bisa mencapai titik di ketinggian 2.017 mdpl.

Mereka melakukan survei berskala besar, mencari titik masuk yang baik di wilayah selatan. “Pada akhirnya harus membatalkan sebagian rencana mereka karena konsekuensi dari perjumpaan bersenjata dengan orang Papua yang tidak dikenal,” tulis Algemeen Handelsblad edisi 21 Mei 1910.

Pada 1907, Lorentz memimpin tim ekspedisi ke Pegunungan Salju Nugini itu. Ini kali kedua bagi Lorentz dan mencapai titik di ketinggian 2.300 mdpl dan melihat puncak yang kemudian diberi nama Puncak Wilhelmina.

“Lorentz melihat Puncak Wilhelmina untuk pertama kalinya dan mampu menentukan lokasi tepatnya, serta memenuhi tugasnya untuk menjelajahi rute ke sana secara akurat,” tulis Algemeen Handelsblad.

Puncak Wilhelmina ada di sebelah timur Puncak Carstensz. “Pada tahun 1909, puncak kejayaan penjelajahan itu ditetapkan saat Puncak Wilhelmina didaki hingga ke garis salju,” lanjut Algemeen Handelsblad.


Ritual Dayak menyentuh telur-telur yang mereka lakukan membawa kejayaan mencapai Puncak Wilhelmina di ketinggian 4.023 mdpl. Mereka terus melanjutkan perjalanan ke arah barat, menyusuri garis salju itu, menuju puncak yang paling tinggi.

Menurut Algemeen Handelsblad, bagi orang Dayak dan Papua, gunung tak hanya tempat dewa-dewa dan tempat bersemayam roh leluhur, tetapi juga sekaligus sebagai tempat kejahatan. Itulah sebabnya sebelum melakukan pendakian diadakan ritual menyetuh telur-telur.

Mereka bisa mencapai titik di ketinggian 4.461 mdpl. Puncak Carstensz, saat itu mereka ukur di ketinggian 5.030 mdpl. Namun di kemudian hari, pada pendakian-pendaian berikitnya, ketinggian puncak diketahui secara akurat 4.884 mdpl.

Pendakian pada 1909 ini memang berbeda dengan pendakian pada 1907. Menurut Prof AAW Hubrecht, direktur De Maatschappij ter Bevordering van het Natuurkundig Onderzoek der Nederlandsche Koloniën (Masyarakat untuk Pengembangan Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam di Koloni Belanda), ekspedisi tahun 1907 sejak awal dimaksudkan sebagai ekspedisi pengintaian untuk menemukan kemungkinan rute terbaik menuju Pegunungan Salju.

“Bukan perjalanan menuju Pegunungan Salju itu sendiri, seperti yang telah direncanakan oleh Tuan Posthumus Meyes dan De Rochemont pada tahun 1904-1905,” ujar Prof AAW Hubrecht di acara jamuan penghormatan untuk Tim Ekspedisi Pegunungan Salju Nugini pada April 1910 seperti ditulis Algemeen Handelsblad edisi 21 Mei 1910.

Pendakian 1909 memang ditujukan untuk mencapai Puncak Carstensz untuk membuktikan kebenaran inform asi yang disampaikan oleh Jan Carstensz pada Februari 1623. Namun, ketika mereka harus turun dari ketinggian 4.461 mdpl, orang-orang Dayak memilih diam.

Lorentz menangkapnya ada ketakutan di antara mereka, sehingga mereka tak akan lagi bersedia mendaki Puncak Lorentz. Saat turun itu, Lorentz jatuh, mengalami cedera.

Menunggu bantuan, mereka harus bergulat dengan bekal yang menipis, udara dingin, dan rasa lelah selama tiga minggu. Dua orang Dayak meninggal akibat kedinginan dan kelelahan.

Keberhasilan pendakian pada 1909 membuat Hubrecht memberikan nama untuk Pegunungan Salju Nugini. “Seharusnya tidak lagi disebut dengan nama samar Pegunungan Bersalju Nugini, tetapi secara lengkap akan pantas disebut sebagai Pegunungan Carstensz untuk menghormati orang yang pertama kali mengamatinya,” kata Hubrecht.

Indonesia menamainya sebagai Puncak Jaya di Pegunungan Jayawijaya.

Priyantono Oemar

sumber : https://oohya.republika.co.id/posts/513561/lorentz-ikut-ritual-dayak-sentuh-telur-sebelum-ke-puncak-carstensz-untuk-apa
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement