Senin 05 May 2025 10:38 WIB

Fenomena Face Recognition di Sekolah dan Kampus: Aman atau Mengancam Privasi?

Implementasi teknologi semestinya tidak menjadi alat pengawasan yang menakutkan.

Teknologi face recognition tak bisa dihindari tetapi akademisi dan masyarakat digital yang sadar hak privasi memiliki peran untuk mengawalnya.
Foto: UBSI
Teknologi face recognition tak bisa dihindari tetapi akademisi dan masyarakat digital yang sadar hak privasi memiliki peran untuk mengawalnya.

Oleh: Ricki Sastra, Dosen Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring pesatnya perkembangan teknologi, sistem face recognition atau pengenalan wajah mulai banyak diterapkan di lingkungan pendidikan, baik di sekolah maupun perguruan tinggi.

Teknologi ini dinilai mampu mempermudah proses absensi, mengurangi potensi kecurangan, serta meningkatkan efisiensi administrasi. Namun, di balik kemudahan itu, muncul kekhawatiran yang tak bisa diabaikan: bagaimana dengan keamanan dan privasi data pribadi siswa dan mahasiswa?

Sebagai dosen di Kampus Digital Kreatif Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI), saya melihat antusiasme mahasiswa terhadap kemajuan teknologi digital sangat tinggi. Di sisi lain, mereka mulai menyuarakan keresahan tentang isu perlindungan data pribadi.

Pasalnya, sistem face recognition melibatkan data biometrik yang tergolong sensitif. Tanpa pengelolaan dan proteksi data yang ketat, risiko kebocoran informasi bisa menjadi ancaman serius.

Di UBSI, kami tidak hanya mendorong mahasiswa menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi yang aman dan etis. Ini diterapkan melalui sejumlah program studi yang relevan, antara lain:

Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, yang mengajarkan mahasiswa membangun sistem digital berbasis etika dan kebutuhan riil pengguna.

Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), yang berfokus pada pengembangan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) dan keamanan data.

Ilmu Komputer dan Informatika, yang membekali mahasiswa dengan pemahaman mendalam tentang machine learning, AI, serta cybersecurity.

Kurikulum di UBSI sudah berbasis industri 4.0, sehingga mahasiswa tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga praktik langsung. Termasuk dalam proyek-proyek pengembangan sistem keamanan berbasis pengenalan wajah yang etis dan bertanggung jawab.

Teknologi face recognition tidak bisa dihindari. Namun, sebagai akademisi dan masyarakat digital yang sadar hak privasi, kita memiliki peran untuk mengawalnya.

Implementasi teknologi semestinya tidak menjadi alat pengawasan yang menakutkan, melainkan sarana memperkuat kepercayaan antara institusi dan peserta didik.

Harapannya, ke depan semakin banyak generasi muda – terutama lulusan UBSI – yang tidak hanya menciptakan teknologi canggih, tetapi juga menjunjung tinggi etika dalam setiap inovasi yang mereka hasilkan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement