REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jutaan jamaah haji akan melaksanakan wukuf pada momen puncak musim haji. Salah satu rukun dalam rangkaian ibadah di Tanah Suci itu akan berpusat di Padang Arafah. Lokasinya berada di bagian tenggara Kota Makkah al-Mukarramah, Arab Saudi.
Sering kali dikatakan, wukuf di Arafah itu adalah simbol dari Padang Mahsyar. Seluruh jamaah haji diharapkan dapat betul-betul menghayati, betapa gawatnya keadaan umat manusia kelak saat dikumpulkan (mahsyar) dan menanti Pengadilan Allah SWT. Mereka diam, cemas, dan penuh harap saat menunggu keputusan dari-Nya. Ke manakah mereka bertempat: surga atau neraka.
اَلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلٰٓى اَفۡوَاهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَاۤ اَيۡدِيۡهِمۡ وَتَشۡهَدُ اَرۡجُلُهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan" (QS Yasin: 65).
Sesuai dengan namanya, di sana Padang Mahsyar seluruh manusia—yakni sejak Nabi Adam AS hingga orang terakhir—dikumpulkan oleh Allah SWT. Alquran menggambarkan situasi ketika semua makhluk-Nya dibangkitkan dan diadili di tempat tersebut.
“Di tempat itu (Padang Mahsyar), setiap jiwa merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya (dahulu) dan mereka dikembalikan kepada Allah, Pelindung mereka yang sebenarnya, dan lenyaplah dari mereka apa (pelindung palsu) yang mereka ada-adakan” (QS Yunus: 30).
Bagaimanakah keadaan manusia kelak di Padang Mahsyar? Adakah semua merasakan kepayahan dan kegalauan? Siapakah yang justru merasa tenteram dan tenang pada hari yang amat penting itu?
Tak berpakaian
Di Padang Mahsyar, manusia tidak berpakaian. Itu berdasarkan hadis berikut, “Aisyah berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Manusia akan dikumpulkan pada Hari Kiamat dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang tanpa pakaian, dan tanpa disunat.’
Lantas, aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa laki-laki dan perempuan memandang satu sama lain?’ Rasulullah menjawab, ‘Wahai Aisyah, masalah yang akan dihadapi lebih penting dari sekadar melihat satu dengan yang lain’” (muttafaq ‘alaih). Artinya, amat besar intensitas kecemasan tiap orang menunggu keputusan Allah atas diri masing-masing. Tak tebersit keinginan untuk berbuat yang tak senonoh meski semua orang telanjang.
View this post on Instagram