Kamis 05 Jun 2025 10:55 WIB

Veto AS Atas Resolusi Gencatan Senjata di Gaza Dikecam, China Sangat Kecewa

DK PBB gagal mengesahkan resolusi gencatan senjata di Gaza karena diveto AS.

Logo Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB.
Foto: EPA-EFE/SALVATORE DI NOLFI
Logo Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan, Dewan Keamanan (DK) PBB kehilangan kesempatan untuk menciptakan perdamaian di Jalur Gaza dengan tidak mengadopsi rancangan terbaru tentang gencatan senjata permanen di daerah kantong Palestina itu. Hal itu terjadi setelah Amerika Serikat (AS) memveto draf resolusi DK PBB pada Rabu (4/6/2025).

"Kesempatan lain telah hilang untuk menunjukkan bahwa Dewan Keamanan siap memikul tanggung jawabnya untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional dalam konteks konflik Israel-Palestina," kata Nebenzia kepada Dewan Keamanan PBB selama pertemuan tentang Gaza pada Rabu.

Baca Juga

Duta Besar itu mencatat bahwa jelas siapa pihak yang menginginkan perdamaian dan siapa pihak yang ingin "terus bermain permainan politik". Sebelumnya, AS pada Rabu memveto draf resolusi DK PBB yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza dan pencabutan segera atas semua pembatasan bantuan kemanusiaan.

Draf resolusi itu, yang diajukan oleh 10 anggota terpilih Dewan Keamanan PBB, didukung oleh 14 dari 15 anggota dewan. Meski demikian, AS, yang memiliki hak veto, menolak draf resolusi tersebut. Draf resolusi itu menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat atas semua sandera yang ditahan oleh Hamas dan kelompok-kelompok lain, serta pencabutan segera dan tanpa syarat atas semua pembatasan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza dan distribusinya secara aman dan tanpa hambatan dalam skala besar.

Veto AS sontak menuai kecaman dari para anggota Dewan Keamanan. Perwakilan tetap China untuk PBB, Fu Cong, mengatakan bahwa China sangat kecewa dengan hasil pemungutan suara pada Rabu tersebut. Draf resolusi tersebut berisi tuntutan yang paling mendesak dari masyarakat Gaza dan mencerminkan suara mayoritas yang begitu besar dari masyarakat internasional, kata Fu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Antara, Sputnik-OANA/Xinhua
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement