REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Konsul Iran di Irak, Sayyed Saeed Al-Sayyedin mengatakan bahwa negaranya menolak prospek untuk melanjutkan proses negosiasi terkait program nuklir Iran. Dikutip Shafaq News, Senin (30/6/2025), Al Sayyedin mengatakan Iran tak lagi bisa memercayai AS.
"Iran terlibat dalam pembicaraan tak langsung dengan AS, tapi Washington menghancurkannya dan bergantung pada tipuan," kata Al-Sayyedin.
Al-Sayyedin menambahkan, bahwa Teheran tak lagi memercayai jaminan-jaminan yang disodorkan AS, merujuk pada penaikan AS dari perjanjian JCOPA pada 2018.
"Washington melanggar perjanjian nuklir, dan itu mengapa Iran tidak lagi memiliki kepercayaan lagi terhadap AS," kata Al-Sayyedin.
Dia juga menolak premis bahwa Teheran-lah yang memicu konfrontasi dengan Israel. "Iran tidak memulai perang dengan Israel, dan tidak juga mengakhirinya," kata Al-Sayyedin.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Majid Takht-Ravanchi, yang juga anggota tim negosiasi, juga menolak klaim akan rencana negosiasi baru antara Iran dan Amerika Serikat terkait program nuklir. Bantahan itu diutarakan setelah pertemuan dengan anggota Komisi Parlemen untuk Urusan Luar Negeri dan Keamanan Nasional.
Dikutip Mehr News, Takht-Ravanchi mengatakan, tidak ada penjadwalan untuk negosiasi dan mengataka, "klaim AS tidak benar".
Perang 12 hari Iran dan Israel meletus pada 13 Juni saat Israel secara mendadakan melancarkan serangkaian serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dan pembunuhan terhadap para komandan militet dan ilmuwan nuklir. Sebanyak 606 warga sipil Iran dilaporkan ikut menjadi korban tewas dan 5.332 lainnya luka-luka.
Iran kemudian melancarkan gelombang serangan balasan lewat luncuran rudal dan drone yang menewaskan sedikitnya 29 warga Israel dan melukai 3.400 lainnya. Perang berakhir pada 24 Juni setelah gencatan senjata yang disponsori AS disepakati.