Jumat 01 Aug 2025 23:44 WIB

Sebanyak 68 Wisudawan STIQ Ar-Rahman Diwisuda, Siap Jalankan Misi Qurani di Tengah Umat

68 Wisudawan STIQ Ar-Rahman berasal dari berbagai daerah.

68 Wisudawan STIQ Ar-Rahman berasal dari berbagai daerah.
Foto: Dok Istimewa
68 Wisudawan STIQ Ar-Rahman berasal dari berbagai daerah.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Sebanyak 68 wisudawan dan wisudawati dari dua program studi, yakni Ilmu Alquran dan Tafsir (IAT) serta Ilmu Hadis (IH) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) Ar-Rahman resmi dikukuhkan pada Kamis (31/7/2025).

Para lulusan berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, menunjukkan jangkauan dan pengaruh STIQ Ar-Rahman sebagai institusi pendidikan tinggi berbasis Alquran dan hadits yang semakin diakui secara nasional.

Baca Juga

Prosesi yang digelar di Aula KHBN, lantai 3 Kampus Tadabbur Qur’an STIQ Ar-Rahman Jonggol ini mengusung tema “Mata Air Peradaban Islam” sebagai refleksi dari visi kampus dalam mencetak generasi Qurani yang siap berkontribusi bagi umat dan bangsa

Ketua STIQ Ar-Rahman, Haris Renaldi mengatakan bahwa wisuda bukanlah titik akhir perjalanan akademik, melainkan awal dari fase pengabdian di tengah masyarakat. Ia menggambarkan para lulusan sebagai "mata air" yang jernih, menyejukkan lingkungan, menghidupkan masyarakat, dan menjadi solusi atas berbagai persoalan umat.

“Ingatlah prinsip air. Ia fleksibel, tidak berhenti, dan selalu mencari celah untuk mengalir, untuk memberi manfaat di mana pun berada,” pesannya kepada para wisudawan, kata dia, dalam keterangannya, Jumat (1/8/2025).

Ketua Senat sekaligus Pendiri dan Pembina STIQ Ar-Rahman, KH Bachtiar Nasir, Lc MM (UBN), menyampaikan orasi ilmiah yang sarat makna. Dia menekankan bahwa ilmu adalah obor peradaban, dan setiap orang yang menyalakan pelita ilmu, sejatinya sedang menyalakan cahaya kehidupan bagi umat.

“Ilmu adalah kehidupan bagi hati yang buta, cahaya bagi penglihatan dalam kegelapan, dan kekuatan bagi tubuh dari kelemahan,” kutip UBN dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah.

Mengaitkan dengan tema wisuda, UBN juga menjelaskan bahwa peradaban Islam bersumber dari kegiatan membaca. Namun, membaca di sini bukan sekadar membaca secara lahiriah, melainkan melalui pendekatan asma’ dan shifat, yakni memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT kehidupan sehari-hari.

“Inilah dua mata air sejati yang harus mengalir dalam setiap jiwa Muslim,” tegas UBN.

Ketua Yayasan Pusat Peradaban Islam, Buya Iswahyudi Mukhlis, menyatakan wisudawan bukan sekadar lulusan sarjana, melainkan duta Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. 

Buya Iswahyudi mengajak para lulusan untuk menjadikan nilai-nilai tadabbur Alquran sebagai landasan utama dalam bersikap, memimpin, dan berkontribusi di tengah masyarakat.

“Jadikan Alquran sebagai pegangan utama, bukan hanya dibaca dan dihafal, tapi juga direnungi, ditadabburi, diamalkan, dan diperjuangkan,” pesan Buya Iswahyudi.

BACA JUGA: Saat Pejuang Berjuang dan Rakyat Gaza Dibantai, Abbas Sibuk Bahas Kekuasaan, Hamas Meradang

Mewakili Kopertais Wilayah II Jawa Barat, Syamsuddin RS, menyampaikan kebanggaannya atas ketertiban administratif dan capaian akreditasi kampus Tadabbur Qur’an STIQ Ar-Rahman, namun juga mengingatkan tentang tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan tinggi Islam saat ini.

Dia mengungkapkan setidaknya ada lima tantangan besar yaitu persaingan global antarperguruan tinggi, pertumbuhan ilmu pengetahuan yang sangat cepat, masuknya kampus asing ke Indonesia, liberalisasi sektor pendidikan, serta tingginya biaya pendidikan tinggi.

"Dalam konteks ini, kajian Alquran dan hadtis menjadi benteng penting bagi integritas pendidikan Islam,” tegasnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement