Selasa 12 Aug 2025 19:57 WIB

Mengapa Berbuat Ihsan Diposisikan Lebih Tinggi daripada Berlaku Adil?

Ihsan pada dasarnya adalah wujud semua perbaikan baik.

ILUSTRASI Hindari penggugur amal. Foto - Seorang pria berdoa untuk Palestina di Masjid Pusat Lisbon, Portugal, Jumat, 13 Oktober 2023.
Foto: AP Photo/Armando Franca
ILUSTRASI Hindari penggugur amal. Foto - Seorang pria berdoa untuk Palestina di Masjid Pusat Lisbon, Portugal, Jumat, 13 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perbuatan ihsan lebih tinggi dari perbuatan adil. Allah SWT sangat menyukai manusia yang berbuat ihsan.

Penegasan ini disampaikan Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah yang akrab disapa Buya Hamka dalam karya monumental nya Tafsir Al-Azhar.

Baca Juga

Buya Hamka dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ihsan mengandung dua maksud, pertama selalu mempertinggi mutu amalan, berbuat yang lebih baik dari sebelumnya, sehingga kian lama tingkat iman itu kian naik.

Di dalam Hadis Nabi Muhammad SAW yang shahih, "AI-Ihsan adalah engkau sembah Allah seakan-akan engkau lihat Allah itu. Maka jika engkau tidak lihat Dia, namun Dia tetap melihat engkau."

Maksud ihsan yang kedua adalah kepada sesama makhluk, yaitu berbuat lebih tinggi lagi dari keadilan.

Contoh ihsan yang kedua, kita memberi upah kepada seseorang atau tukang yang mengerjakan suatu pekerjaan. Kita berikan kepadanya upah yang setimpal dengan tenaganya. Pembayaran upah yang setimpal itu adalah sikap yang adil.

Tetapi jika kita memberikan upah lebih dari yang semestinya, sehingga hati tukang itu besar dan gembira, maka pemberian yang lebih dari biasanya itu dinamai ihsan.

Maka ihsan adalah latihan budi yang lebih tinggi tingkatnya daripada adil.

Contoh lain dari ihsan kepada sesama, ada seorang yang berhutang kepada kita. Maka suatu sikap yang adil jika kita tagih hutang tersebut. Tetapi kita menjadi ihsan kalau hutang itu kita maafkan atau kita anggap lunas dengan ikhlas.

Memberi kepada keluarga yang terdekat. Ini pun adalah lanjutan dari ihsan. Karena kadang-kadang orang yang berasal dari satu ayah dan satu ibu sendiri tidak sama nasibnya.

Ada yang murah rezekinya lalu menjadi kaya-raya dan ada yang hidupnya sederhana, pas-pasan dan kurang. Maka orang yang mampu itu dianjurkan berbuat ihsan kepada keluarganya yang terdekat, sebelum dia mementingkan orang lain.

Al-Qurthubi menulis dalam tafsinya, "Maka sesungguhnya Tuhan Allah suka sekali hamba-Nya berbuat ihsan sesama makhluk, sampai pun kepada burung yang engkau pelihara dalam sangkarnya, dan kucing di dalam rumah. Jangan sampai mereka itu tidak merasakan ihsan dari engkau."

BACA JUGA; ‘Tuhan tidak Adil’, Benarkah Kalimat Ini dan Bolehkah Diucapkan Muslim?

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat ihsan (kebajikan), dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat. (QS An-Nahl ayat 90)

photo
Infografis Nasihat Ulama tentang Pentingnya Amalan Hati - (Republika.co.id)

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اِذْ اَنْتُمْ بِالْعُدْوَةِ الدُّنْيَا وَهُمْ بِالْعُدْوَةِ الْقُصْوٰى وَالرَّكْبُ اَسْفَلَ مِنْكُمْۗ وَلَوْ تَوَاعَدْتُّمْ لَاخْتَلَفْتُمْ فِى الْمِيْعٰدِۙ وَلٰكِنْ لِّيَقْضِيَ اللّٰهُ اَمْرًا كَانَ مَفْعُوْلًا ەۙ لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْۢ بَيِّنَةٍ وَّيَحْيٰى مَنْ حَيَّ عَنْۢ بَيِّنَةٍۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَسَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ
(Yaitu) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada lebih rendah dari kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan (hari pertempuran itu), tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

(QS. Al-Anfal ayat 42)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement