Kamis 11 Sep 2025 05:42 WIB

Rajin Ibadah tapi Malas Bekerja? Ini Peringatan dari Nabi

'Ketahuilah, langit tidak akan menurunkan hujan emas maupun perak.'

ILUSTRASI Nabi Isa dikisahkan menjumpai seorang ahli ibadah yang tak bekerja.
Foto: dok wiki
ILUSTRASI Nabi Isa dikisahkan menjumpai seorang ahli ibadah yang tak bekerja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama yang bergelar Hujjatul Islam (Pembela Islam), Imam al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulum ad-Din meriwayatkan kisah pertemuan Nabi Isa 'alaihissalam dengan seorang ahli ibadah. Si 'abid itu, sayangnya, enggan bekerja mencari rezeki dan hanya mengandalkan belas kasihan orang lain.

Nabi Isa bertanya kepada laki-laki itu, "Apa pekerjaanmu?"

Baca Juga

Laki-laki itu menjawab, "Aku hanya beribadah kepada Allah SWT saja."

Nabi Isa bertanya kembali, "Siapa yang menanggung kebutuhan hidupmu sehari-hari?"

Laki-laki itu pun menjawab, "Saudaraku."

Kemudian, Nabi Isa bersabda, "Saudaramu itu lebih banyak ibadahnya dalam penilaian Allah SWT daripada apa yang sudah dirimu lakukan."

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Janganlah karena ditundanya waktu perolehan dan hasil yang sedikit dalam mencari rezeki itu menjadikan kalian tidak sabar hingga terdorong untuk melakukan usaha yang mudah dengan cara-cara haram yang terlarang. Sebab, melanggar ketentuan Allah SWT justru akan membawa pelakunya kepada dosa dan kehinaan atas diri sendiri.

Di samping itu, tidak tersedia keberkahan dari sisi Allah SWT atas hasil yang didapat dengan cara-cara melanggar aturan yang telah ditetapkan-Nya" (HR Imam al-Hakim dari Ibnu Mas'ud).

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya seseorang yang mencari penghidupan dengan mengumpulkan kayu bakar, lalu diikatkan pada punggungnya untuk kemudian di jual di pasar, jauh lebih baik daripada mengemis (minta-minta) kepada orang lain, baik diberi maupun tidak" (HR Bukhari dan Muslim).

Luqman al-Hakim pernah berpesan kepada putranya, "Wahai anakku, hendaklah engkau merasa kaya dengan usaha yang halal atas kemiskinan yang tengah menderamu. Sesungguhnya kemiskinan akan menimpa pada tiga perkara, yaitu karena tipisnya keimanan atau lemahnya pengetahuan agama, disebabkan lemah akalnya, dan menjadi hilang kehormatan diri karenanya.

Di samping itu, kemiskinan yang terbesar dari ketiga perkara tersebut adalah, manusia yang memandang tidak berarti (tidak benar-benar memperhatikan) terhadap tiga perkara yang dimaksud."

Sahabat Nabi Muhammad SAW, Umar bin Khattab al-Faruq, pernah mengatakan, "Janganlah kalian duduk berpangku tangan dari mencari rezeki yang halal, dan hanya berdoa, 'Ya Allah, berilah aku rezeki.' Ketahuilah bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas maupun perak."

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاَذَانٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖٓ اِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْاَكْبَرِ اَنَّ اللّٰهَ بَرِيْۤءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ ەۙ وَرَسُوْلُهٗ ۗفَاِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ وَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى اللّٰهِ ۗوَبَشِّرِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ
Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih,

(QS. At-Taubah ayat 3)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement