Rabu 24 Sep 2025 19:24 WIB

Berasal Dari Suku Perampok, Abu Dzar Al Ghifari Dikenal Sebagai Pelaku Zuhud Total

Abu Dzar Al Ghifari dikenal sebagai pelaku zuhud yang luar biasa hebat.

Ilustrasi dzikir sebagai upaya zuhud menjauhi gemerlap dunia dan mendekatkan diri kepada Allah.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi dzikir sebagai upaya zuhud menjauhi gemerlap dunia dan mendekatkan diri kepada Allah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Dzar Al-Ghifari, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang luar biasa, dikenal karena ketegasan dan kejujurannya dalam menyampaikan kebenaran.

Lahir dari suku Ghifar yang terkenal sebagai suku penyamun pada masa pra-Islam, Abu Dzar memilih jalan yang berbeda dengan memeluk Islam dan menjadi salah satu sahabat Nabi yang paling awal.

Baca Juga

Suku ini dikenal sebagai suku yang hidup dari perampokan dan penyamun di jalur kafilah perdagangan antara Makkah dan Madinah. Namun, setelah kedatangan Islam, banyak anggota suku Ghifar yang kemudian memeluk Islam dan menjadi bagian dari komunitas Muslim.

Salah satu contoh terkenal adalah Abu Dzar Al-Ghifari, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari suku Ghifar dan menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam.

Suku Ghifar memiliki peran penting dalam sejarah Islam, karena mereka merupakan salah satu suku yang awalnya dikenal sebagai suku penyamun, namun kemudian banyak di antara mereka yang menjadi Muslim dan berperan dalam penyebaran Islam.

Abu Dzar dikenal sebagai sosok yang zuhud, sederhana, dan tidak terpengaruh oleh kemewahan duniawi. Abu Dzar juga terkenal karena keberaniannya menyuarakan kebenaran, bahkan ketika itu membuatnya berhadapan dengan penguasa atau tokoh-tokoh berpengaruh. Perjuangan dakwahnya membawa banyak perubahan, termasuk di kalangan sukunya sendiri yang kemudian menerima Islam berkat usahanya

Kezuhudannya tampak jelas dalam pandangannya terhadap harta. Ia selalu mengingatkan sahabat-sahabat lainnya bahwa harta bukanlah kebanggaan, melainkan amanah yang kelak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Hidup berlebih-lebihan bukanlah pilihan. Bahkan sering menegur para pejabat atau bangsawan yang hidup mewah. Sikapnya ini membuatnya dikenal sebagai suara moral umat.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement