Rabu 24 Sep 2025 19:40 WIB

Zuhud Bilal bin Rabah Ketika Mendapatkan Harta Rampasan Perang

Zuhud Bilal bin Rabah menginspirasi banyak orang untuk hidup sederhana.

Ilustrasi Bilal bin Rabah, sahabat nabi yang dikenal pelaku zuhud dan muadzin pertama.
Ilustrasi Bilal bin Rabah, sahabat nabi yang dikenal pelaku zuhud dan muadzin pertama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bilal bin Rabah, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang luar biasa, dikenal sebagai muadzin pertama dalam sejarah Islam. Lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah, Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Makkah) sebagai seorang budak milik keluarga Bani Abdud Dar.

Meskipun statusnya sebagai budak, Bilal menunjukkan keteguhan dan keberanian dalam memeluk Islam, membuatnya menjadi salah satu sosok yang paling awal memeluk agama baru ini, bersama dengan Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, dan beberapa orang lainnya.

Baca Juga

Stok kesabarannya berlimpah, sehingga tak gentar menghadapi penyiksaan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy, terutama oleh Umayyah bin Khalaf, yang merupakan majikannya sendiri.

Meskipun disiksa dengan cara yang kejam, Bilal tetap teguh pada keyakinannya dan terus mengumandangkan kalimat tauhid, "Ahadun Ahad", yang berarti "Tuhan Yang Maha Esa". Setelah dibebaskan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, Bilal menjadi muadzin tetap Rasulullah SAW dan mengumandangkan adzan di Masjid Nabawi.

Muadzin pertama ini dibebaskan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, sehingga tak lagi menjadi budak. Lelaki berkulit hitam ini menjadi muadzin tetap Rasulullah SAW dan mengumandangkan adzan di Masjid Nabawi.

Dalam keadaan merdeka, dia tetap memilih kesederhanaan. Kezuhudannya terlihat dari sikapnya yang tidak pernah terpikat oleh dunia, meski kedudukannya dekat dengan Rasulullah.

Bilal lebih mengutamakan ibadah dan akhirat dibandingkan harta dunia. Ia tidak menimbun kekayaan, bahkan ketika mendapat bagian dari ghanimah (harta rampasan perang), ia segera membagikannya kepada kaum fakir.

Dalam Siyar A‘lam an-Nubala’ (2/305), disebutkan bahwa Bilal adalah sosok yang dermawan, tidak menyisakan apapun untuk dirinya, karena keyakinannya bahwa Allah akan mencukupi kebutuhan hamba-Nya.

Kesederhanaan Bilal tampak dalam kehidupannya sehari-hari. Ia memilih pakaian yang sederhana, makanan yang seadanya, dan rumah kecil yang cukup untuk dirinya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement