REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sejumlah ketentuan bagi imam dalam sholat berjamaah. Ustadz Syamsuddin Noor dalam Pedoman Shalat Berjamaah Menurut Tuntunan Rasulullah SAW menjelaskan hal-hal tersebut. Di antaranya yaitu:
- Orang yang sah menjadi imam: Yaitu anak kecil yang mumayiz, orang buta, orang yang sholat dalam keadaan berdiri, orang yang sholat dalam keadaan duduk, orang yang mengerjakan fardhu, orang yang mengerjakan sunnah (karena sudah mengerjakan fardhu dan ia mengimami kaumnya supaya dapat berjamaah), orang yang sholat dengan berwudhu, orang yang sholat dengan bertayamum, orang musafir, orang mukim, orang yang kurang utama (bukan ulama/ustadz/alim). Mereka semua adalah sah dijadikan imam.
- Orang yang tidak patut menjadi imam: Yaitu oang yang sedang berpenyakit terus-menerus mengeluarkan kemih, tak baik menjadi imam bagi orang yang sehat.
- Wanita menjadi imam bagi wanita. Lebih disukai wanita diimami oleh wanita juga.
- Laki-laki menjadi imam bagi para wanita. Menurut riwayat Abu Ya'ala bahwa Ubay bin Ka'ab sering mengimami para wanita di rumahnya dan hal itu dibenarkan oleh Rasulullah SAW.
Keutamaan imam sholat berjamaah
Menjadi seorang imam sholat merupakan sebuah ibadah yang sangat besar pahalanya. Ia membawa dan memimpin satu gerbong orang-orang yang menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Salah satu keuntungan yang diperoleh seorang imam adalah akan dihapuskan dosa-dosanya. Ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits nabi Muhammad ﷺ yang juga dapat ditemukan pada kitab at Targib wat Tarhib:
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أَمَّ أَصْحَابَهُ خَمْسَ صَلَوَاتٍ إِيْمَانًاوَاحْتِسَابًاغُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
Rasulullah ﷺ bersabda: barangsiapa mengimami sahabat-sahabatnya pada sholat lima waktu karena iman dan karena mengharapkan ganjaran Allah, maka diampuni bagi orang yang mengimami itu segala dosa-dosanya yang telah lalu.
Ikuti Whatsapp Channel Republika