Sabtu 27 Sep 2025 17:10 WIB

Menlu RI Desak BRICS Reformasi Keuangan Global Demi Capai SDGs 2030

Sugiono ingatkan hanya 15 persen target SDGs yang masih sesuai jalur.

Presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Menteri Luar Negeri Sugiono (tengah), Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya (kedua kiri), Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Rosan Roeslani (kanan), dan Menteri HAM Natalius Pigai mengikuti jalannya Konferensi Internasional Tingkat Tinggi (KITT) untuk Penyelesaian Damai atas Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat, Senin (22/9/2025). Presiden Prabowo menegaskan kembali dukungan Indonesia terhadap Deklarasi New York, yang menyebutkan Solusi Dua Negara sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian abadi bagi Palestina dan Israel.
Foto: ANTARA FOTO/Fathur Rochman
Presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Menteri Luar Negeri Sugiono (tengah), Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya (kedua kiri), Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Rosan Roeslani (kanan), dan Menteri HAM Natalius Pigai mengikuti jalannya Konferensi Internasional Tingkat Tinggi (KITT) untuk Penyelesaian Damai atas Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat, Senin (22/9/2025). Presiden Prabowo menegaskan kembali dukungan Indonesia terhadap Deklarasi New York, yang menyebutkan Solusi Dua Negara sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian abadi bagi Palestina dan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, menyerukan negara-negara anggota BRICS mendorong reformasi tata kelola keuangan global guna mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

“BRICS memiliki peran penting, tidak hanya melalui pembiayaan pembangunan, tetapi juga sebagai platform politik untuk memperjuangkan tata kelola keuangan global yang lebih adil,” kata Sugiono di New York.

Baca Juga

Sugiono menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri BRICS di sela Pekan Tingkat Tinggi Sidang Majelis Umum PBB ke-80. Dalam pidatonya, ia mengingatkan waktu kian menipis untuk mencapai Agenda SDGs 2030, dengan hanya 15 persen target yang berada di jalur benar, sementara sebagian besar meleset atau mundur.

Negara-negara berkembang, lanjutnya, menghadapi kesenjangan pembiayaan hingga 4 triliun dolar AS (sekitar Rp66.712 triliun). Karena itu, Sugiono menekankan perlunya BRICS memperjuangkan tata kelola keuangan global yang adil, menantang ketimpangan sistemik, memperkuat suara negara-negara Selatan Global, serta mendorong reformasi lembaga-lembaga keuangan internasional.

“Sidang Majelis Umum PBB kali ini harus membangkitkan kemauan politik dan menggalang sumber daya untuk mempercepat pelaksanaan SDGs. Jika tidak, janji Agenda 2030 akan semakin menjauh,” ujarnya.

Pada peringatan 80 tahun berdirinya PBB, Sugiono juga menekankan pentingnya reformasi agar organisasi itu tetap lincah, responsif, dan relevan dengan tantangan zaman. Ia menilai Inisiatif UN80 dapat menjadi peluang merumuskan visi kolektif masa depan multilateralisme, dan BRICS berperan mendorong reformasi praktis untuk memperkuat PBB.

“BRICS memiliki bobot dan legitimasi untuk mendorong reformasi praktis demi menjadikan multilateralisme lebih inklusif, adil, dan efektif, agar PBB dapat menjalankan mandat utamanya,” katanya.

Terkait isu kemanusiaan, Sugiono menegaskan keprihatinan mendalam Indonesia atas berlanjutnya pendudukan ilegal terhadap Palestina, sambil menyambut konsistensi dukungan BRICS terhadap isu tersebut.

“Jalan menuju perdamaian abadi terletak pada terwujudnya negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota, sesuai resolusi PBB,” tegasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement